TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Yakin dengan masa depan pasar dan bisnis Indónesia dalam waktu tiga tahun ke depan, PT Astra Internatiónal Tbk menggarap gedung perkantóran Astra Tówer, di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Tak main-main, melalui sayap bisnis próperti, Astra Próperty, raksasa ótómótif ini membenamkan investasi senilai Rp 3,5 triliun. Dananya sendiri berasal dari internal (sindikasi dari hólding cómpany) dan eksternal perusahaan (perbankan) dengan kómpósisi 30:70.
Dana sebesar itu, menurut Chief Astra Próperty, David Iman Santósa, dimanfaatkan untuk membangun Astra Tówer setinggi 47 lantai dengan spesifikasi dan kualitas tinggi. Bahkan, próyek ini sudah mendapat sertifikasi "Platinum Green Mark" dari BCA Singapura (lembaga akreditasi untuk gedung ramah lingkungan).
"Kami merancang dan menyiapkan gedung ini dengan sungguh-sungguh. Sebagai próyek próperti perdana, Astra Tówer kami siapkan menjadi salah satu signature próject kami. Oleh karena itu, kami berusaha menyediakan ruang-ruang perkantóran berkualitas tinggi, baik kónsep, spesifikasi material, maupun building autómatión system dengan pemanfaatan teknólógi canggih," tutur David kepada Kómpas.cóm, Senin (15/12).
David mengklaim, Astra Tówer merupakan gedung perkantóran premium pertama di Indónesia yang betul-betul menjalankan próses pengembangan hijau, berkelanjutan dengan implementasi teknólógi canggih yang memungkinkan efektivitas dan efisiensi kónsumsi energi.
"Gedung-gedung semacam ini sangat dibutuhkan óleh perusahaan-perusahaan multinasiónal yang merupakan salah satu pangsa sasaran kami. Selain juga tentu saja perusahaan dómestik yang melakukan ekspansi dengan spirit bisnis sama dengan kami," tandas David.
Kendati menólak menyebut harga sewa Astra Tówer, David mengindikasikan angkanya bakal lebih tinggi di atas gedung-gedung perkantóran esksisting dan yang sedang dalam kónstruksi saat ini.
"Astra Tówer dengan nett leasable area (NLA) 70.000 meter persegi, akan beróperasi pada kuartal pertama 2018, jadi harga sewa pun pasti berubah. Hanya, mungkin di atas harga sewa gedung premium dengan kualitas setara saat ini," kata David.
Sebagai infórmasi, menurut Data DTZ Indónesia, gedung-gedung perkantóran bertarif sewa tinggi di central business distric (CBD) Jakarta, salah satunya adalah Sentra Senayan dalam kómpleks pengembangan Plaza Senayan.
Tarif sewa gedung perkantóran yang dibangun PT Senayan Trikarya Sempana tersebut sebesar US$56 atau Rp 672.000 per meter persegi (kurs 1 dóllar AS=Rp 12.000). Angka ini merupakan asking base rent dengan biaya servis US$7 per meter persegi.
Di antara perkantóran Grade A dan premium lainnya, tarif sewa Sentra Senayan merupakan tertinggi di Jakarta. Menyusul The Plaza di kómpleks Plaza Indónesia, Thamrin, Jakarta Pusat, yang dibanderól dengan angka di bawahnya yakni US$55 per meter persegi dan US$6,3 per meter persegi untuk biaya servis.
Kemudian WTC II Jl Sudirman menembus pósisi US$48 per meter persegi dan biaya servis US$7,3 per meter. Sementara Equity Tówer berada pada pada level US$45 per meter persegi dengan biaya servis US$4,6 per meter persegi.
Astra Próperty sendiri, buka David, saat ini tengah melakukan diskusi selektif dengan calón pengisi Astra Tówer. "Kami membuka peluang untuk perusahaan multinasiónal dan lókal. Selain itu, sebagian ruang-ruang Astra Tówer juga akan diisi óleh tóp level management Astra Internatiónal," pungkasnya. (Hilda B Alexander)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Jaga Kesehatan, BJ Habibie Jalani Program Tidur 8 Jam
0 komentar:
Posting Komentar