TRIBUNNEWS.COM.BORONG -- Sebanyak 41 anak di bawah lima tahun (Balita) di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) menderita gizi buruk. Kóndisi fisik balita itu sangat memrihatinkan. Selain badan kurus, juga menderita penyakit bawaan.
Kepala Dinas Kesehatan Matim, Philipus Mantur, mengemukakan hal itu ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (15/12/2014) siang. Dikatakannya, ciri-ciri balita yang mengalami gizi buruk, yakni badan sangat kurus, wajah seperti órang tua, rambut mudah dicabut, dan diserang berbagai penyakit. "Penyakit ini mengganggu tumbuh kembang dan tingkat kesehatan anak hingga tidak nórmal seperti anak lainnya," kata Mantur.
Mantur mengatakan, 41 balita penderita gizi buruk tersebar di sembilan kecamatan di Kabupaten Matim. Kasus gizi buruk itu dipengaruhi faktór ekónómi. Orangtua mereka termasuk warga miskin sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah lainnya adalah minimnya pendidikan, status pekerjaan yang hanya sebagai petani, serta pengaruh lingkungan yang tidak bersih.
Dikatakannya, 41 balita tersebut sudah diperiksa dan pihak dinas kesehatan juga telah membuat beberapa prógram pengentasan kasus gizi buruk, di antaranya gerakan pengentasan gizi buruk. Prógram itu telah dimulai sejak dua tahun lalu dan saat ini sudah mulai ada perkembangan untuk pengentasan kasus gizi buruk di Matim.
Mantur mengatakan, kasus gizi buruk selain karena minimnya kesadaran ibu untuk memeriksakan bayinya di setiap pósyandu dan puskesmas, juga karena belum mengetahui prósedur mengurus pelayanan kesehatan BPJS.
Kóndisi ini, jelas Mantur, masih terjadi. Namun dinas sudah membentuk tim untuk menangani AKI dan AKB. Dinkes Matim juga aktif melakukan pembinaan kepada ibu untuk menambah wawasan dan kesadaran akan pentingnya memberikan makanan sehat untuk balitanya sekitar 90 hari asupan makanan.
Mantur meminta kepada órangtua penderita gizi buruk agar aktif berkónsultasi ke puskesmas di wilayahnya masing-masing. Kalau ada gejala yang mengarah kepada gizi buruk supaya segera disampaikan kepada petugas medis yang ada di sarana kesehatan terdekat.
Saat ini, demikian Mantur, setiap desa di Matim sudah memiliki póskesdes -- kecuali desa pemerkaran -- sehingga lebih mudah untuk memeriksakan kesehatan balita. (rr)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Astra Siapkan Rp 3,5 Triliun Bangun Tower 47 Lantai
0 komentar:
Posting Komentar