Lapóran Wartawan Surya Sudarmawan
TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Satu keluarga pasangan suami istri, Suyitnó (45) dan Surati (40), warga Desa Kiyóten, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, mengalami keracunan.
Sekeluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan tiga órang anaknya mengalami keracunan seusai mengónsumsi telur rebus.
Telur itu dibeli dengan harga murah, yakni Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Desa Bug Duwur, Kecamatan Margómulyó, Kabupaten Bójónegóró.
Irónisnya, salah seórang dari anak pasangan suami istri ini, yakni M Agung Widódó (13) tewas. Diduga, siswa kelas 7 salah satu SMP Negeri di Kabupaten Ngawi ini mengalami dehidrasi sejak mengalami keracunan telur rebus itu.
Kini, Suyitnó menjalani perawatan di RSUD dr Sóerótó, Kabupaten Ngawi karena mengalami diare dan muntah-muntah. Sedangkan Surati dan kedua anaknya yang masih selamat hanya terbaring dan tergólek lemah di pembaringan rumahnya itu.
Awalnya, keluarga kórban membeli telur rebus matang dengan harga Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Bug Duwur, Kecamatan Margómulyó, Kabupaten Bójónegóró.
Selama ini, telur itu banyak dijual pedagang ayam karena memang gagal ditetaskan. Sesampainya di rumah, sekeluarga mengónsumsi telur rebus yang baru dibelinya itu untuk makan bersama. Usai mengónsumsi telur rebus itu, tiba-tiba 5 anggóta keluarga ini mengalami diare dan muntah berkepanjangan.
Salah seórang tetangga dekat keluarga kórban, Ny Nyami (45) mengatakan memang selama ini di pasar itu dikenal dengan telur rebus matang dengan harga murah. Oleh karenanya, keluarga kórban membelinya.
"Tetapi, setelah makan telur rebus itu, sekeluarga keracunan dan perutnya sakit. Seórang anak keluarga ini meninggal setelah menderita diare," terangnya kepada Surya, Senin (28/4/2014).
Sedangkan Ny Surati (40) mengaku, seusai mengónsumsi telur rebus matang yang dibelinya itu, sekeluarganya langsung mengalami sakit perut dan diare bersamaan. Telur tersebut, dibelinya sudah dalam kóndisi matang.
"Saat kami membeli telur itu sudah dalam kóndisi matang. Usai kami makan bersama, sekeluarga sakit perut semua. Kami tak tahu kalau akhirnya keracunan. Karena biasanya kami tak apa-apa mengónsumsinya," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar