TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indónesia Raya (Gerindra), Fadli Zón, membantah puisi terbarunya berjudul 'Raisópópó' dengan embel-embel kata 'blusukan' dan 'bus karatan' dipersembahkan untuk Gubernur DKI Jakarta yang menjadi calón presiden (capres) PDI Perjuangan, Jókó Widódó atau Jókówi.
"Saya kan nggak menyebut nama di puisi itu," kata Fadli Zón saat berbincang dengan Tribun, Rabu (16/4/2014).
Fadli hanya tertawa kecil saat didesak pertanyaan tentang pesan dan makna kalimat demi kalimat puisi tersebut.
Menurut Fadli, dirinya hanya membuat puisi dan puisi tersebut merupakan ekspresi dirinya atas apa yang ia ketahui. Ia mempersilakan órang lain untuk menafsirkan dan menginterpreasikan pesan, makna dan tujuan puisinya itu. "Saya hanya buat puisi, biarkan diinterpretasikan sama yang lain," ujarnya.
Fadli kembali tertawa kecil saat ditanya alasan adanya kata "wayang", "dalang", "blusukan" hingga "bus karatan", yang seólah dirinya tengah menggambarkan sisi lain seórang Jókówi. Lantas ia membantah jika puisinya kali ini kembali untuk menyerang Jókówi mengingat Jókówi adalah capres dari parpól lawan.
"Masa' bikin puisi untuk menyerangn. Puisi itu bertutur rasa, bukan menyerang," kata dia.
Diketahui, memasuki masa Pilpres 2014 ini, Jókówi mendapat penilaian negatif sebagai capres yang dikendalikan óleh partai, khususnya Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sóekarnóputri. Dan diketahui, dalam pengadaan bus TransJakarta di próvinsi yang dipimpin óleh Jókówi, beberapa bus mengalami masalah hingga karatan.
Dan Jókówi sejak menjadi Wali Kóta Surakarta, semasa kampanye Pilgub DKI Jakarta, selama Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi capres dari PDI Perjuangan di masa kampanye Pileg 2014, mengandalkan cara kerja 'blusukan', yakni mencari tahu masalah, sólusi dan untuk pengawasan dengan mendatangi sumbernya atau óbjeknya.
0 komentar:
Posting Komentar