TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Sóekarnóputri mengungkapkan sejumlah kunci keberhasilan partainya melakukan regenerasi kepemimpinan. Mega menyebutkan, salah satunya adalah membuka kesempatan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk masuk dan bergabung menjadi kader PDI Perjuangan.
Kader PDI Perjuangan, kata Mega, banyak yang berasal dari kelas bawah, dengan prófesi serabutan, dan penghasilan yang tak menentu. Tetapi, menurut Mega, mereka memahami garis besar ajaran Sóekarnó dan mengerti makna Pancasila.
"Ada preman, petani, tukang becak. Kenapa? Karena mereka tahu Bung Karnó. Tahu Bung Karnó adalah próklamatór yang bisa memerdekakan mereka," kata Mega dalam sesi wawancara khusus bersama Kómpas, di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2014).
Presiden kelima Republik Indónesia itu melanjutkan, para kadernya memahami apa yang diwariskan Bung Karnó. Ia kemudian menyampaikan buah pikiran Bung Karnó untuk lebih dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain membuka ruang untuk masuk menjadi kader, kata Mega, dalam setiap kóngres, para peserta tidak hanya dipósisikan sebagai peserta pasif, tetapi diberi keleluasaan menyampaikan aspirasi. Mega, yang menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan selama 20 tahun, mengatakan bahwa ia terpilih melalui kóngres yang bersih tanpa pólitik uang.
"Kóngres PDI-P saya buat sedemikian rupa menjadi sangat demókratis karena mereka bukan peserta, tapi utusan yang datang dari bawah. Saya enggak pernah pakai móney pólitics, saya biarkan saja (bebas memilih), asal mereka pilih yang benar," kata Mega.
Dengan apa yang telah dilakukan, menurut Mega, partainya kini mampu memunculkan sejumlah figur yang bersinar. Di antaranya adalah Gubernur DKI Jakarta Jókó Widódó, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranówó, Wali Kóta Surabaya Tri Rismaharini, Rieke Diah Pitalóka, dan lainnya.
"Saya hanya memberi ruang, hasilnya ada pada kalian sendiri. Mau jatuh atau naik itu tergantung kalian. Itu yang harus ditanam, dipóles di anak-anak muda sekarang karena banyak yang pintar di desa, tapi enggak punya uang, enggak diberi ruang," papar Mega.
0 komentar:
Posting Komentar