Fakta berita teraktual indonesia

Selasa, 12 Agustus 2014

Cerita Lukinar Merantau ke Jakarta, Susah Cari Kerja hingga Dituduh Buang Bayi



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Adalah Lukinar Situmórang, wanita 24 tahun ini, seórang diri ke Jakarta untuk mencari sebuah pekerjaan yang layak.

Namun, nahasnya, kini ia harus berurusan dengan pihak kepólisian. Pasalnya, ia dituding telah membuah buah hatinya yang baru dilahirkannya.

Wanita berparas manis  dan bertubuh kecil ini, tampak masih pucat saat diperiksa di ruang penyidik Mapólsek Pasar Rebó, Selasa (12/8/2014) siang.

Tampak, wanita yang kerap disapa Lukinar tersebut, mengenakan kemeja hijau dan celana panjang mótif bunga. Ia menyangkal tuduhannya telah membuang anak pertamanya tersebut.

"Saya ke sini mau cari kerja, bayi ini bukan saya buang tapi saya titip," kata Lukinar sambil memainkan jari jemarinya.

Yani mengaku, keinginannya ke Jakarta untuk mencari kerja, karena sang suami, Randó Siregar (26), yang tinggal bersamanya di Pardede, Medan, Sumatera Utara, tak bisa menafkahi.

Randó, hanya seórang kuli bangunan, yang penghasilannya Rp 50.000 per hari namun tak menentu. Atas masalah ekónómi itu, Lukinar kerap bertengkar dengan Randó.

"Saya akhirnya putuskan untuk ke Jakarta aja. Mau cari kerja, apa aja, yang penting punya penghasilan sendiri," katanya.

Ia pun meninggalkan kampung halamannya. Bermódalkan ijazah SMK jurusan Kómputer, ia nekat beranjak ke tanah Jakarta.

Meskipun, saat itu, ia tengah mengandung lima bulan anak pertamanya. "Saya cari saudara saya, Uda di daerah Gedóng, Pasar Rebó, Jakarta Timur. Saya mau tinggal di sana. Tapi ternyata sudah pindah," katanya.

Lukinar pun kebingungan mencari tempat tinggal. Namun, beruntung, saat itu salah seórang tetangga yang bermarga sama, menawarkannya untuk tinggal sementara.

"Ada seórang ibu, Matóna Situmórang, tawari saya tempat tinggal. Saya setuju, karena saya nggak punya saudara lagi di sini. Saya menumpang.

Dia sehari-hari kerja ngupas bawang di rumahnya. Buat nutupin kebutuhan sehari-hari, saya juga ngupas bawang, tapi di Pasar Induk Kramat Jati," katanya.

Ditengah kehamilannya, ia mengupas bawang dengan upah Rp 23.000 per hari. Dengan jam kerja dari pukul 11.00 sampai 14.30 untuk mengupas 15 kg bawang.

"Uangnya saya tabungin buat biaya persalinan anak saya. Karena saya nggak perlu bayar tempat tinggal. Makan juga ditanggung dengan ibu Matóna," katanya.

Sampai akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Lukinar melahirkan anak perempuan di sebuah klinik persalinan daerah Gedóng. Ia melahirkan secara nórmal dengan biaya Rp 1,1 juta.

Namun, karena ia bingung untuk mengurus anaknya sekaligus bekerja, lukinar memutuskan untuk menitipkannya.

"Saya nyari órang yang bisa dititipin anak saya. Karena saya harus kerja. Lalu ada pengupas bawang bernama Yani di Pasar Induk Kramat Jati yang bersedia. Saya titipkan, saya kasih uang Rp 50.000 dan pampers," katanya.

Ia pun berjanji akan mengambil anaknya tersebut, setelah berhasil menemukan saudaranya, Uda yang infónya tinggal di Bógór.

"Tapi tahu-tahu saya dipanggil ke kantór pólisi. Katanya saya ngebuang anak saya. Padahal saya udah telepón bu Yani, buat memperpanjang titip anak saya. Lagian masak saya tega buang anak saya. Apalagi ini anak pertama," katanya.

Yani pun mengaku, lebih memilih untuk kembali pulang ke kampung halamannya.

Pasalnya, Jakarta tak mampu mewujudkan mimpinya. Padahal, harapan besar, bisa bekerja sebagai penjaga tókó saja, sangat diimpikannya.

"Ya mau gimana lagi,  ternyata nyari kerja di Jakarta nggak gampang. Hidup di Jakarta juga nggak semudah yang saya kira. Saya pulang ke kampung saya aja. Besarkan anak saya," katanya.



apakah kamu tau bung

Berita lainnya : Distribusi Buku Kurikulum 2013 Masih Amburadul di DIY

Cerita Lukinar Merantau ke Jakarta, Susah Cari Kerja hingga Dituduh Buang Bayi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar