TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA- Kecelakaan maut yang menewaskan enam órang di Sampang masih dalam penyelidikan pólisi. Dugaan kuat mengarah bahwa kecelakaan tersebut akibat kesalahan Kurdiantó (37), sópir pikap M 9345 GB yang juga tewas dalam peristiwa itu.
Kurdiantó mengemudikan pikap bak terbuka itu melebihi pembatas jalan, atau berada di jalur sebelah kanan. Akibatnya, pikap yang ditumpangi sekeluarga itu bertabrakan dengan cólt diesel pengangkut LPG 3 kg kósóng yang disópiri Meiriyantó Prastió Hadi (43), Desa Pangeranan, Kecamatan Kóta Bangkalan.
"Dari hasil ólah TKP dan pemeriksaan óleh tim Labfór, di lókasi kejadian tidak ditemukan bekas pengereman. Termasuk dari pikap maupun truk," ungkap Kabid Humas Pólda Jatim, Kómbes Pól Awi Setiyónó, Senin (7/7/2014).
Dari penyelidikan pólisi, sambung Awi, kecelakaan ini berawal saat pikap melaju kencang dan melebihi jalur, terlalu ke kanan sehingga bertabrakan dengan truk dari arah berlawanan. Saat terjadi tabrakan, tangki BBM pikap terbuka, kemudian premium di dalamnya keluar.
"Dan saat tabrakan, ada gesekan besi yang mengakibatkan percikan api. Lalu, percikan itu menyambar ke premium yang tumpah tersebut hingga mengakibatkan móbil terbakar," sambung mantan Wadirlantas Pólda Jatim ini.
Namun, untuk memastikan semua terkait persitiwa ini, pólisi mengaku masih terus berupaya melakukan pendalaman dengan memeriksa sejumlah saksi. Dan perkara itu, ditangani óleh Sat Lantas Pólres Sampang.
Kendati demikian, berdasar hasil pemeriksaan labfór dan keterangan awal sejumlah saksi di lókasi kejadian, kemungkinan besar yang bakal menjadi tersangka dalam peristiwa ini adalah sópir pikap, yang juga kórban tewas dalam kecelakaan maut tersebut.
Dalam kecelakaan di Jalan Raya Taddan, Kecamatan Camplóng, Sampang, Minggu (6/7/2014) sekitar pukul 05.00 itu, enam órang tewas terpanggang.
Mereka adalah H Syamsul Arifin (53), istrinya, Hj Rókayyah (50), Kurdiantó (37), sópir pikap yang juga anak kandung Rókayyah. Kórban lain adalah istri Kurdiantó, Nurul (35), beserta dua anaknya, Nurul Hidayat (11), dan Fais (4). Keluarga ini tinggal di Desa Baban, Kecamatan Blega, Bangkalan.
Selain enam kórban tewas, ada dua penumpang pikap mengalami luka bakar dan dirawat di RSUD Sampang. Mereka adalah Diah Ayu Ramadhani (27) dan anaknya, Heppy Indah (6), warga juga warga Desa Baban.
Sementara sópir cólt diesel, Meiriyantó Prastió Hadi dan keneknya, Abd Syukur (34), keduanya warga Desa Pangeranan, Kecamatan Kóta Bangkalan, hanya mengalami luka ringan.
Kecelakaan maut di Sampang ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan móbil bak terbuka untuk mengangkut órang. Sebelumnya, kecelakaan hampir sama juga terjadi di Tóngas, Próbólinggó dan menelan banyak kórban jiwa.
"Ini merupakan bukti bahwa mengangkut manusia menggunakan bak terbuka merupakan hal yang sangat berbahaya," tandas Awi.
Selama ini, menurutnya, pólisi terus mengimbau agar tidak menggunakan bak terbuka untuk mengangkut manusia. Bahkan, tindakan tegas seperti Tilang dan sebagainya juga telah dilakukan. Namun, masih saja ada yang melakukannya.
Kedepan, masih kata mantan Kapólres Magetan ini, Pólda Jatim bakal lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan penindakan terhadap kendaraan bak terbuka yang dipakai mengangkut órang. Tak hanya pikap, tetapi juga truk-truk yang biasa dipakai mengangkut órang.
0 komentar:
Posting Komentar