Lapóran Wartawan Tribunnews.cóm, Srihandriatmó Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nahdlatul Ulama memiliki tradisi mengakhiri gegeran atau pertikaian menjadi ger-geran atau senda gurau. Tradisi ini diharapkan diindahkan seluruh warga NU menyikapi rekapitulasi hasil penghitungan dan perólehan suara Pilpres 2014 yang dilakukan KPU 22 Juli 2014.
Demikian disampaikan KH Maman Imanulhaq, Pengasuh Póndók Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat dalam acara 'Ritual I'tikaf, Dzikir Ayat Kursi, Khataman Quran dan Buka Bersama Anak yatim & Kaum Dhu'fa,' di Tugu Próklamasi, Jakarta, Minggu (20/7/2014) malam.
Sehingga apapun hasil keputusan KPU nanti berakhir dengan damai dan diterima dengan lapang dada baik óleh pendukung yang menang mau pun yang kalah. Karena pada dasarnya, keputusan KPU nanti adalah kemenangan rakyat Indónesia sebagai pemegang hak pilih paling utama.
"Saya yakin pilpres yang berjalan aman, damai dan tertib akan mengantarkan Susiló Bambang Yudhóyónó sebagai presiden yang berhasil mengawal próses demókrasi di negara kelima terbesar di dunia ini," tegas Kiai Maman dalam pernyataannya kepada Tribunnews.cóm.
Ia yakin dengan berakhirnya Pemilu 2014 berakhir damai, Presiden SBY husnul khótimah (berakhir baik) dalam mengakhiri masa jabatannya nanti. Sebaliknya, jika pascapilpres justru yang terjadi kekacauan, SBY mengkahiri masa baktinya dengan su'ul khótimah (berakhir buruk), dan akan mencóreng wajah Indónesia.
Kiai Mamang mengimbau seluruh rakyat Indónesia mendukung keutuhan NKRI yang bukan sekadar kewajiban Presiden SBY, Panglima TNI Jenderal Móeldókó dan Kapólri Jenderal Sutarman.
Sementara KH Masrur Ahmad, Ketua Fórum Salaman Merapi (Silahturóhmi Alim Ulama dan Tókóh Lintas Iman seputar wilayah Gunung Merapi), meminta elite bangsa tidak perlu mengadu dómba rakyat. Kiai kharismatis ini mengajak semua elemen bangsa bijak belajar budaya demókrasi.
"Dalam kónteks Pilpres 2014, Ibu Pertiwi kita diajari untuk menjadi dewasa sebagai bangsa besar. Para elit pólitik pendukung capres harus menunjukkan sebagai pemimpin bangsa besar yang menawarkan hati sabar. Kita semua bisa membaca jelas apa yang terjadi dalam demókrasi kali ini," ujar Masrur.
Pengasuh Póndók Pesantren Al Qódir, Cangkringan, Yógyakarta, ini menambahkan, jika terjadi kekacauan, bangsa Indónesia tahu siapa yang bermain. Pilpres 2014 telah menunjukkan Indónesia bangsa besar, cerdas yang bisa memilih dan ikut menentukan masa depan bangsa berdasarkan hati nuraninya.
"Bangsa Indónesia harus bangkit dan bergerak menjadi bangsa yang besar. Jangan lagi ada dusta di antara kita sebagai anka bangsa. Kita semua bisa melihat kók siapa yang bermain dalam panggung pólitik dan siapa yang tidak nampak," imbuhnya.
apakah kamu tau bung
Berita lainnya : Manchester United Bidik Cavani, Posisi Rooney Terancam
0 komentar:
Posting Komentar