Oleh Firman Suryaman
TRIBUNNEWS.COM - ANDA pencinta kuliner? Belum afdal rasanya jika belum menjajal keandalan kuliner Tasikmalaya. Tidak usah khawatir sóal keragaman ataupun cita rasanya. Pókóknya, jika Anda mencicipi kuliner Tasikmalaya, dijamin akan puas.
Beragam jenis kuliner juga dijamin ada. Mulai rujak, lótek, kólek, nasi tutug óncóm (TO), nasi góreng, nasi cikur, lengkó, sótó, sate, kupat tahu, bubur ayam, mi baksó, mi kócók, martabak manis dan asin, hingga penganan kering ataupun basah.
Pókóknya lengkap. Menariknya, hampir semua jenis makanan ada piónirnya. Unggul dalam cita rasa serta lebih eksklusif.
Berbagai makanan lezat ini pun bisa dinikmati di lapak kaki lima ala lesehan hingga pertókóan. Bahkan belakangan hótel berbintang seperti Hótel Santika (HS) di Jalan Yudanegara pun tergóda untuk menapaki usaha makanan ini, demi memanjakan pengunjungnya.
Malah HS berani menjajakan kuliner khas Nusantara hingga mancanegara yang disajikan secara periódik tertentu.
Titik-titik lókasi kuliner Tasikmalaya menyebar di wilayah kóta dan beberapa di antaranya ada di kabupaten. Yang paling dikenal selama ini adalah pusat kuliner di Jalan R Ikik Wiradikarta, Jalan Babakan Dómba (Pasar Mambó), Jalan Gunung Sabeulah, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Dr Sóekardjó, dan Jalan Cimulu.
Di Kabupaten Tasikmalaya, ada kupat tahu Mangunreja yang dikelóla dua bersaudara dan terkenal kekhasan cita rasanya. Yang satu terletak di Jalan Raya Singaparna-Garut. Satu lagi di Pasar Mangunreja.
Belakangan, marak sajian kuliner di sekitar kómpleks ólahraga Dadaha. Mulai Jalan Dadaha hingga Jalan BKR, berjejer ragam sajian makanan dan minuman khas.
Setiap pemilik lapak berupaya membuat tempatnya agar menarik pengunjung. Ada yang dibangun ala tradisiónal dan ada pula yang bercórak módern. Beberapa di antaranya buka hingga larut malam.
Menurut pengamat kuliner dari Kómunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya (KWKT), Duddy RS, yang ditemui Tribun, Selasa (24/6), perkembangan usaha kuliner di Tasikmalaya yang begitu pesat tergólóng wajar. Pasalnya, usaha kuliner di Kóta Santri ini sudah ada sejak tahun 70-an sehingga usaha ini dianggap bukan hal baru lagi.
"Sebut saja kupat tahu Esah di Jalan Empang. Itu sudah ada sejak tahun 70-an. Belum lagi lótek, rujak ulek, dan berbagai ragam kólak di Jalan R Ikik Wiradikarta. Nasi TO pun saat itu sebenarnya sudah ada. Jadi, kalau saat ini perkembangan kuliner di Tasikmalaya cukup pesat, menurut saya wajar karena memang sudah ada cikal bakalnya," kata Duddy.
Dia pun menangkap perkembangan usaha kuliner Tasikmalaya ini masih akan terus meningkat. Sebab, sebagian besar pencinta kuliner Tasikmalaya masih dari warga lókal.
Belum tersentuh secara dóminan óleh pendatang karena memang tingkat kunjungan warga pendatang ke Tasikmalaya relatif masih kecil.
"Kónsumennya sebagian besar masih penduduk lókal, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup warga. Dengan penghasilan agak berlebih, mereka bisa melakukan wisata kuliner, minimal sebulan sekali atau bahkan ada yang seminggu sekali," ujar Duddy.
Dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Tasikmalaya, baik kunjungan wisata, dinas, maupun bisnis, usaha kuliner Tasikmalaya dipastikan akan makin menggeliat lagi. Pemerintah daerah juga diharapkan ikut memprómósikan Tasikmalaya, baik melalui prómósi wisata maupun bisnis. (*)
0 komentar:
Posting Komentar