TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengimbau kepada seluruh industri keuangan untuk tidak santai meski rupiah akan menguat. Menurut pihak BI, masalah yang akan dihadapi perekonomian Indonesia adalah transaksi keuangan berjalan yang berpotensi defisit kembali naik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelaskan defisit pada transaksi berjalan sudah dirasakan lama. Bahkan defisit sudah berjalan selama 26 bulan.
"Indonesia harus fokus agar defisit transaksi berjalan pada 2014 bisa di bawah 3 persen," ujar Agus, Jumat (20/12/2013).
Untuk menurunkan defisit hingga 3 persen, Agus berharap pemerintah impor migas bisa terjaga. Hingga saat ini produksi nasional BBM itu di atas 810 hingga 820 ribu barel tapi kebutuhan nasional di atas 1 juta, dan hal itu menyumbang defisit besar dalam transaksi berjalan.
"Kita mau perhatikan sehingga neraca perdagangan positif dan membuat transaksi berjalan kita sehat. Kalau transaksi berjalan defisit tentu akan pengaruh pada pelemahan nilai tukar rupiah," jelas Agus.
Mantan Menteri Keuangan ini juga meminta diadakan reformasi struktural untuk mengatasi defisit. Pihak BI rencananya juga akan melakukan reformasi dengan kebijakan bauran, menjaga nilai tukar, memberlakukan kebijakan makro prudential juga dengan kebijakan moneter.
"Kita juga melakukan kerja sama dengan bank sentral di regional dan melakukan kegiatan pengendalian tersedianya likuiditas rupiah dan valas," papar Agus.
0 komentar:
Posting Komentar