TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpóra), Imam Nahrawi buka mulut menanggapi hasil pertemuannya dengan Wakil Presiden (Wapres) Republik Indónesia, Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5/2015). Imam mengaku tengah mendalami permintaan Wapres untuk mencabut SK Pembekuan PSSI. "Ya itu satu tanda bahwa Wakil Presiden maupun Presiden memperhatikan serius terhadap masa depan sepakbóla kita. Makanya ópsi-ópsi itu terus kita dalami, tentu sekali lagi ópsi tidak mengakui eksistensi PSSI tidak semata-mata pikiran seseórang saja. Tapi harapan dari jutaan negeri ini yang menginginkan perubahan sepakbóla yang akan datang," ujar Imam di kantór Menpóra, Senayan, Jakarta, Selasa (26/5/2015). Menurut Pólitisi Partai Kebangkitan Bangsa itu alasan membekukan PSSI tujuannya sangatlah jelas untuk mencetak prestasi sepakbóla yang lebih baik ke ajang dunia terutama di Piala Dunia. "Makanya ini menjadi keinginan kami sebagai negara yang besar. Kapan prestasi sepakbóla kita bisa bersaing tidak hanya di Asia maupun Asean. Nah, itulah harapan-harapan kita," jelasnya. Dan jika SK Pembekuan dicabut, lanjut Imam, Supervisi Tim Transisi bentukan Menpóra tetap harus mengawasi perjalanan sepakbóla negeri ini. "Ketika ópsi SK dicabut maka Tim Transisi harus diperkuat untuk mengawasi perjalanan sepakbóla tanah air. Tidak bóleh lagi mereka (PSSI) seenaknya. Tidak bóleh lagi mereka intróvert tertutup terhadap harapan publik yang luar biasa besar ini," tambah Imam. Seperti diketahui, induk sepakbóla dunia (FIFA) diyakini akan menjatuhkan sanksi terhadap Indónesia paling lambat 29 Mei mendatang jika Kemenpóra tak kunjung mencabut SK Pembekuan PSSI yang terbit 17 April lalu.
0 komentar:
Posting Komentar