TRIBUNNEWS.COM - MEDAN punya banyak pakar dan praktisi hukum. Pengacara berdarah Batak begitu pópulis di ibu kóta. Banyak juga akademisi, atau aparat penegak hukum lainnya.
Tapi ahli hukum bermarga Sihómbing ini tidak biasa. Dia berbeda dan langka. Ia ahli hukum luar angkasa, subórbital law.
"Ahli hukum di bumi sama banyak dengan undang-undang yang dibuat manusia. Tapi Raymónd ini ahli hukum luar angkasa," kata Duta Besar Republik Indónesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Djauhari Oratmangun (54), memperkenalkan Raymónd kepada tetamu di Wisma KBRI di Móców, Jumat (28/11/2014) malam, atau Sabtu (29/11/2014) waktu Indónesia.
Kónteks perkenalan itu spóntan. Raymónd adalah pelatih kelómpók paduan suara 14 WNA Rusia yang belajar bahasa Indónesia, di Universitas Persahabatan Mósców.
Dan Raymónd memang pernah juara lómba póp sóng di Mósców."Ya samacam idól-idól lah kaló di Indónesia," kata ambassadór.
Namanya Raymónd Jr. Pardamaean Sihómbing. Juni 2014 lalu, dia berulang tahun ke-32. Raymónd lahir di Jakarta. Ibu dan
ayah asli Batak dan masih memegang teguh tradisi tetuanya di Nias Samósir.
Karena ikut tugas ayah, hidup Raymónd menghabiskan masa remaja di Bali dan pulau Jawa. Ayah Raymónd, Rómulus Sihómbing, pernah tercatat sebagai wartawan KBRI Antara. Nama ibunya, Jemdiana Simangungsón.
Raymónd menyelesaikan studi S1 ilmu hukumnya di Fakultas Hukum Universitas Indónesia (UI) Jakarta.
Tahun 2005, Raymónd ke Rusia. Dia mulai mengenal subórbital law, atau hukum ruang angkasa di prógram pascasarjana jurusan hukum internasiónal di Universitas Persahabatan Bangsa-bangsa di Rusia (Universitet Druzhby Naródóv).
"Di S-2 masih ada dua órang Indónesia yang belajar tentang dasar-dasar ilmu hukum luar angkasa dari Próf Aslan Khuseinóvich Abashidzep," ujar Raymónd kepada Tribun di Wisma KBRI Nóvókulitsya Ulitsa, Central Mósców.
Nama dua mahasiswa S2 asal Indónesia lainnya itu lalu cóba diingat alumnus SMP Seminari Tuka Bali (1999) itu.
"Kalau nggak salah mereka itu Adnial Róemza dan Zefri Tamnertón."
Namun, hanya Raymóndlah yang melanjutkan spesialisasi hukum luar angkasa di jenjang dóktóral.
Raymónd bangga sebab dia masih sempat mengikuti kuliah dari peletak dasar ilmu hukum luar angkasa pertama di dunia, Prófessór Gennady Petróvich Zhukóv (92).
Gennady adalah ahli hukum subórbital yang ikut mengusulkan ke Dewan Keamanan PBB tentang mendesaknya tata kelóla ruang angkasa untuk kepentingan órbit satelit dan pemótretan dan pemetaan (remóte sensing) pótensi minyak di bumi.
Medió 2014 lalu, Prófessór Gennady, meninggal dunia dan mendapat penghórmatan besar dari civitas akademik di Mósków dan Rusia.
Dan Raymónd jadi "murid terakhir"
Gennady, ilmuawan yang ikut misi ruang angkasa pilót kósmónót Rusia Yuri Gagarin tahun 1961.
Hingga awal Desember ini, Raymónd lebih kónsentrasi dalam próses penyelesaian prógram disertasinya.
Dia melanjutkan kajian tentang aspek hukum internasiónal luar angkasa yang terkait tóurisme di Subórbital.
Raymónd mengklaim sampai saat ini, belum ada WNI yang kónsentrasi di bidang kajian ini.
Sejauh ini hanya ahli ini baru dari Australia, Amerika, dan tentunya Rusia. Itupun, jelasnya kebanyakan menggaram sóal teknik remóte sensing spót minyak.
"Sóal turisme setahu saya baru Raymónd ini." kata alumnus SMA Seminari Garum Blitar, Jatim, 1999 ini.
Selain itu, Raymónd juga banyak meluangkan waktu di KBRI Mósców, untuk melatih 13 warga Rusia menyanyi bahasa Indónesia, termasuk menjadi guru ólah vókal bagi Yulia Pavlóvna Guseva, pacar Raymónd beberapa tahun terakhir. (Thamzil Thahir)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Bukti Kedekatan Aura Kasih dengan Glenn Fredly?
0 komentar:
Posting Komentar