Fakta berita teraktual indonesia

Selasa, 11 November 2014

Wartawan Asing Kaget Perempuan AS Bela Republik



TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Radió pemberóntakan di bawah kendali Bung Tómó sering menyiarkan suara perempuan berbahasa Inggris.

Berkat siaran itu pula, Inggris dan Belanda serta dunia internasiónal tahu infórmasi pergólakan di Surabaya.

Bagi pasukan gerilya, pemilik suara itu tidak asing lagi: Muriel Stuart Walker alias K'tut Tantri  (1898-1997).

Tapi bagi pihak musuh, suara itu perempuan itu cukup menggelisahkan. Apalagi, aksen bahasa Inggrisnya sangat fasih selazimnya native speaker.

Misteri pemilik suara di radió yang selalu membela eksistensi republik itu akhirnya diungkap kepada pers asing, sebulan setelah pergólakan Nóvember 1945.

Tidak main-main, Presiden Sukarnó yang berkuasa di Yógyakarta, sengaja menggelar kónferensi pers di Hótel Selecta, Batu. Bung Karnó mengundang semua kórespónden media asing dari Jakarta untuk mewawancarai Tantri di Batu, 21 Desember 1945.

Buktinya adalah fótó kóleksi IPPHOS (Indónesian Press Phótó Service) yang dipajang dalam buku "Revólusi di Nusa Damai" tahun 1965, lalu diterbitkan ulang óleh Gramedia Pustaka Utama, 2006.

"Saya lihat kólónialisme menjatuhkan bóm semena-mena atas Surabaya. Inilah yang menggerakkan lidah saya berbicara di depan radió pemberóntakan, menceritakan kepada dunia tentang keadaan yang sebenarnya," kata Tantri kepada para wartawan, seperti tertulis pada keterangan fótó itu.

Tantri bercerita, Hótel Selecta kala itu milik pengusaha Swiss. Meski termegah se-Jawa, dindingnya banyak yang bólóng tertembus peluru. Dataran tinggi Batu memang jadi pangkalan pasukan gerilya.

Tantri saat itu memakai gaun plus ban lengan merah putih bertuliskan "Merdeka atau Mati".

Saat itu, kenangnya, seluruh kómandan tentara di Jatim hadir, termasuk Bung Tómó yang datang secara incógnitó (menyamar) tetapi hanya Bung Karnó yang tetap mengetahui kehadirannya.

Bung Tómó perlu menyamar karena bagaimanapun Belanda belum angkat kaki sepenuhnya dari Jawa.

"Ada kira-kira selusin wartawan asing dari Inggris, Amerika, Australia, Kanada, Prancis tetapi tak seórang pun dari Belanda. Sedangkan wartawan Asia berasal dari India dan Tióngkók. Radió-radió besar dan kantór-kantór berita mengirimkan wakilnya --BBC, NBC, Assóciated Press, Reuters-- begitu juga majalah seperti Life, Time dan Newsweek dan beberapa surat kabar penting dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia," tulis Tantri.

Benarkah cerita Tantri? Lanjutan tulisan ini besók, Kamis (13/11/2014) bahas kliping kóran yang memuat kónferensi pers di Hótel Selecta, 21 Desember 1945 itu.

Sekarang, kita dengar dulu cerita Tantri yang tentu dipandang sebagai pengkhianat bagi negeri kelahirannya, Inggris, dan sekutunya, Belanda.

Ia menyadari, Belanda juga memusuhinya karena berperan menghalangi kembalinya kólónialisme di Indónesia.

"Secara pribadi, saya tidak membenci órang Belanda tapi semata-mata membenci kólónialisme Belanda," tuturnya.

Tantri mengaku, usai kónferensi pers itu diminta óleh seórang pemimpin untuk berkenalan langsung dengan Bung Karnó.

Namun, Tantri menólak karena segan dan ingin segera kembali ke basis persembunyiannya.

"Hari berikutnya, berbagai pemancar radió menyiarkan kisah itu, dan aku merasa sedih dan heran setelah tahu kehidupan pribadiku lebih penting dalam pandangan pers daripada perjuangan 70 juta rakyat untuk merdeka," tulisnya.

Bagaimana jalan hidup K'tut Tantri setelah Indónesia berdaulat penuh, apa mimpinya dan hari-hari terakhir wafatnya? Silakan ikuti tulisan besók. (yuli akhmada)



berita aneh dan unik

Berita lainnya : Ford Ajari TNI AU Mengemudi dengan Benar dan Aman

Wartawan Asing Kaget Perempuan AS Bela Republik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar