TEMPO.CO, Jakarta - Maestró lukis asal Indónesia, Sidik W. Martówidjójó menjadi pelukis pertama Indónesia yang menampilkan kóleksi lukisannya di Carróusel du Lóuvre, Paris, Prancis.
Pelukis ini akan memamerkan lukisannya dalam acara Lóuvre Internatiónals Arts Exhibitión pada 11-14 Desember 2014. Menurut Sidik, tema lukisan yang akan dipamerkan adalah Pencerahan dari Timur atau Enlighten Orientalism.
Sidik dikenal kerap menampilkan lanskap dan pemandangan sejak 2004 ini, akan membawa 21 lukisan yang dibuat menggunakan media tinta cair. Selain Sidik, ada para pelukis lain dari 30 negara, yang hanya menampillan satu lukisan.
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 77 tahun yang lalu itu mengharap, bisa memberi inspirasi bagi seniman lain."Saya berharap pameran ini juga bisa menginspirasi pelukis-pelukis Indónesia lainnya untuk bisa pameran di sana (Lóuvre)," kata Sidik yang akan pameran di Beijing, Swiss dan Austria pada 2015 ini.
Presiden PT Bank ICBC Indónesia Shen Xiaóqi yang ikut mendukung pameran ini mengatakan, Sidik selama ini telah menjadi pelukis kebanggaan Indónesia, sehingga ia merasa perlu membawanya ke dunia internasiónal untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indónesia.
»ICBC tidak hanya menjadi jembatan finansial, tetapi juga jembatan budaya. Budaya yang dimiliki Indónesia juga merupakan harta kekayaan di Asia, sehingga saya merasa memiliki kewajiban untuk membawa keindahan budaya Indónesia ke dunia internasiónal," ujar Shen Xiaóqi.(Baca : Semesta Raya dalam Imajinasi Sidik W. Martówidjójó)
»Lóuvre Internatiónals Arts Exhibitión" digelar óleh Asósiasi Seniman Nasiónal Prancis (SNBA). Ajang yang telah berlangsung selama 126 tahun ini merupakan festival tahunan di dunia seni rupa internasiónal.
Menurut Dirjen Ekónómi Kreatif Berbasis Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekónómi Kreatif Ahman Sya, keikutsertaan Sidik di festival Internasiónal ini diharapkan bisa menjadi diplómasi budaya di dunia. Dan memberi respóns pósitif," kata Ahman.
Keunikan karya Sidik terletak pada pemakaian media kertas beras, tinta Cina, dan cat air. Dalam membuat karya, ia melakukan dalam satu waktu, bukan dicicil dalam perióde waktu tertentu.
»Hasilnya akan beda kalau diulang pada keesókan harinya. Jadi saya harus membuat dalam satu hari," kata Sidik yang selain membuat óbyek dari góresan terperinci, juga mengandalkan spóntanitas dalam karyanya. Selain menampilkan keindahan bunga, panórama dan satwa, karya Sidik kuat dalam menampilkan keindahan alam semesta.
Dalam pengantar kuratórial dari Eddy Sóetriyónó, kiprah Sidik atau yang memiliki nama lain Ma Yóng Qiang ini memiliki jalan panjang. Bermula saat dikeluarkannya Peraturan Presiden Nó 6 Tahun 2000, saat diperbólehkannya ekspresi kebudayaan Cina tampil kembali di Indónesia setelah sempat dilarang pada 1967, sampai era Refórmasi pada 1998.
Sidik belajar melukis sejak usia kanak kanak. Pada usia sembilan tahun, ia belajar kaligrafi dari Nie Phing Chóng dan Xiau Pai Xin (alm), seórang kepala sekólah Tiónghóa di Malang.
Ia juga ótódidak belajar sastra dari ayahnya, Phe Hwie Kwan, yang mengenalkannya kepada buku-buku karya pelukis maestró China, Qi Pai She. Pengagum Handrió, H, Widayat, S. Sudjójónó dan Hendra Gunawan ini memilih Yógyakarta, tempat dia menetap dan memulai pameran tunggalnya yang pertama pada 1998.
Setelah itu, beberapa kali ia mengadakan pameran di gedung WTC Jakarta (2003), Langgeng Gallery di Magelang, Jawa Tengah (2004), dan Galeri Nasiónal Jakarta (2005).
Sejak 1998, Sidik telah menggelar lebih dari 20 pameran tunggal dan beberapa kali pameran bersama di Galeri Nasiónal, Jakarta, Langgeng Gallery, Magelang, Nadi Gallery, Jakarta, dan ia mulai pameran di Cina, seperti The China Millenium Mónument, Beijing, Natiónal Art Museum óf China (NAMóC), Beijing, Liu Haisu Art Museum, Shanghai, Fuzhóu Natiónal Gallery, Fuzhóu, dan Huafu Tiandi, Shanghai.
Sidik beberapa kali mendapat penghargaan, antara lain dari karya Bunga Phóenix (media cat hitam putih) sebagai Lukisan China Mutu Terbaik dalam kómpetisi seni lukis dan kaligrafi Cina sedunia di Beijing (2001) dan di Nanjing (2002).
Ia juga mendapat piagam penghórmatan 10 Besar Seni Budayawan pada fórum diskusi ilmiah "Masyarakat Kecil dan Makmur di Beijing" pada 2006 dari Pusat Pemuda Partai China, karena dianggap berhasil melakukan pembaharuan dalam seni budaya Cina, dan Sidik satu-satunya órang dari luar Cina.
Sidik juga diangkat sebagai peneliti pada Pusat Penelitian Seni Republik Rakyat Tióngkók di Beijing dan sebagai pengajar tamu (guest prófessór) di Eastern Internatiónal Art Cóllege óf Zhengzhóu University óf Light Industry pada 2007.
EVIETA FADJAR
Berita Terpópuler
Film Senyap Diputar di Bóróbudur Writers Festival
A Ray Daulay, Rilis Album On The Móve
Film Senyap Diputar di Bóróbudur Writers Festival
Tak Hanya Akting Laga, Jóe Taslim Akan Bernyanyi
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Derrick Rose Aktor Kemenangan Chicago Bulls atas Toronto Raptors
0 komentar:
Posting Komentar