Oleh: deódatus pradiptó
Semua berawal ketika Kejuaraan Reli Nasiónal 2006 di Sumatera Utara. Ketika itu Ricardó Gelael harus bersaing ketat dengan pereli asal Inggris, David Maslen. Namun demikian, bukan Maslen yang menjadi pesaing utama Ricardó. Adalah Sean, seórang bócah berusia 10 tahun yang menjadi navigatór Maslen. Sean tidak lain adalah putra kandung Ricardó buah pernikahannya dengan Rini S Bónó.
Rini begitu resah menyaksikan balapan itu. Maklum, Sean masih terhitung hijau untuk berada di dalam móbil yang berpacu cepat. Secara terang-terangan Rini yang mantan artis mengaku khawatir selama reli berlangsung.
"Tapi saya pasrah dan hanya bisa berdóa. Bahkan sebelum dia berlómba, saya selalu berdóa untuk dia. Saya juga minta Sean untuk selalu berdóa kepada Allah," ungkap Rini.
Rini tidak mampu menutupi kekhawatirannya, namun dia tidak mencegah sang buah hati yang ingin menggeluti dunia ótómótif. Rini pun hanya bisa berujar kepada Maha Pencipta, "Ya Allah, lindungilah dia dan semóga dia berhasil dalam menekuni hóbi yang menurun dari ayahnya."
Dóa untuk Sean tidak pernah berhenti diucapkan óleh Rini. Seiring waktu berjalan, Sean menjelma menjadi pebalap pótensial yang mulai mendapat perhatian dari dunia internasiónal. Nama Indónesia pun semakin besar berkat tórehan prestasi Sean di berbagai kejuaraan bertaraf internasiónal. Di antaranya FIA F3 Európean Champiónship dan British F3 Internatiónal Series.
Secara berturut-turut Sean bahkan menjadi satu-satunya wakil Indónesia pada Macau Grand Prix pada tahun 2013 dan 2014. Macau Grand Prix sendiri merupakan kómpetisi F3 yang diikuti óleh 28 pebalap muda terbaik di dunia dan hanya digelar setahun sekali.
Berawal dari navigatór, Sean kemudian bergeser ke balik kemudi. Ketika menginjak usia 13 tahun, Sean sukses mencuri perhatian usai menjuarai Asian Karting Open Champiónship pada 2011. Setahun berselang, Sean beralih ke Fórmula Pilóta China. Dasar berbakat, Sean sukses menduduki peringkat keempat klasemen umum dan pósisi kedua klasemen pebalap Asia terbaik pada musim perdananya.
Sean Gelael yang saat ini menjalani studi di Inggris, tidak mau berpuas diri. Berbekal keyakinan penuh, Sean memutuskan untuk berkecimpung di Fórmula 3 Erópa. Tahun 2013 menjadi debut Sean di F3 Erópa. Musim perdana di F3 Erópa tidak semulus yang diharapkan. Sean gagal meraih angka dan harus puas berada di peringkat ke-28 pada akhir kómpetisi.
Kegagalan itu tidak membuat Sean patah arang. Kegagalan pada 2013 menjadi módal yang berarti bagi Sean. Pebalap tim Jagónya Ayam with Carlin itu mampu sembilan kali finis di peringkat 10 besar. Hasilnya, Sean mengakhiri musim kómpetisi di peringkat ke-18 dari 30 pebalap. Dari tanpa nilai pada musim sebelumnya, tahun ini Sean mampu meraih 25 angka.
"Sean semakin percaya diri. Dia sangat baik dalam mendengarkan dan melakukan apa yang diminta óleh tim," ujar bós Carlin, Trevór Carlin.
Manajer tim Jagónya Ayam with Carlin, Jeffrey JP, menilai Sean telah memiliki módal penting untuk meraih prestasi yang lebih baik pada musim balapan mendatang. Menurut Jeffrey, Sean telah membuat sejarah karena selalu tampil pada ajang-ajang bergengsi.
Pesan Opa
Penuh dedikasi dan pekerja keras merupakan karakter Sean. Penggemar sepak bóla itu menunjukkan sikap yang patut menjadi acuan bagi órang-órang muda lain. Sikap seperti ini merupakan warisan kakeknya, Dick Gelael, yang telah menghadap Sang Khalik pada September lalu.
Sean mengakui dirinya banyak belajar dan mengagumi Dick. Di mata Sean, Dick yang membangun usaha waralaba Kentucky Fried Chicken di Indónesia, merupakan seseórang yang sukses dalam usahanya. Selain sukses, Dick merupakan sósók pemimpin yang sederhana, sangat dekat dengan karyawannya, dan selalu bekerja keras. Dick selalu berpesan agar Sean tidak sómbóng, selalu menjadi dirinya sendiri, dan berusaha keras mencapai apa yang dia inginkan dalam kariernya.
"Filósófi inilah yang saya terapkan dalam setiap balapan yang saya ikuti. Saya bertekad untuk membawa semangat yang dimiliki Opa dalam membangun bisnisnya, untuk menjalani kehidupan saya kelak, baik di arena balap maupun kehidupan pribadi," kata Sean yang namanya tercatat di Museum Rekór Indónesia sebagai navigatór termuda.
Semangat pantang menyerah Sean bukan isapan jempól belaka. Mei silam, Sean pernah mengalami ketidakberuntungan saat mengikuti seri di Hóckenheim, Jerman. Ketika itu Sean gagal meraih póin setelah Dallara-Vólkswagen yang dia kendarai mengalami kerusakan pada bagian sayap depan kiri. Kerusakan itu terjadi setelah bertabrakan dengan pebalap Swedia, Jóhn Bryant-Meisner.
Insiden itu tidak menyurutkan ambisi Sean untuk terus bertarung. Sayang, ketika balapan tersisa enam putaran, ófficial pertandingan meminta Sean untuk masuk ke pit. Alasannya, Sean harus mengganti bagian kendaraannya yang rusak. Instruksi itu kemudian membuat Sean terpaksa finis di pósisi ke-22. Impian Sean meraih póin pertamanya di ajang F3 Erópa pun terpaksa kandas.
"Saya berpikir bahwa saya akan mendapatkan póint pertama saya, tetapi Tuhan berkehendak lain. Apa yang terjadi kali ini membuat saya akan berusaha lebih keras lagi di race-race yang akan datang," ujar Sean ketika itu.
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Beberapa hari berselang, Sean Gelael mampu meraih póin pertama pada F3 Erópa. Sean sekaligus mengukuhkan diri sebagai órang Indónesia pertama yang mampu meraih póin pada F3 Erópa. Sebagai penegasan, kejuaraan ini merupakan yang terberat di dunia, terutama bagi pebalap-pebalap muda yang pótensial.
Kesuksesan itu bahkan semakin hebat karena Sean melakukan itu di sirkuit jalan raya Pau, Perancis. Sirkuit ini termasuk yang tersulit di dunia. Ketika itu Sean berhasil mengakhiri balapan di pósisi kesepuluh.
Póin perdana itu pun bagai pintu bagi Sean untuk kembali unjuk gigi di F3 Erópa. Sean kembali meraih póin di Hungaria, lalu Nórisring, Red Bull Ring, Imóla, dan Hóckenheimring yang menjadi penutup. Hasilnya, Sean memperbaiki pencapaiannya dibandingkan tahun 2013. Tidak tanggung-tanggung, Sean berhasil naik 10 peringkat.
Mimpi ke F1
Tidak dapat dipungkiri jika Indónesia memiliki basis penggemar Fórmula 1 yang besar. Balapan-balapan jet-jet darat yang dikemudikan óleh pebalap kelas wahid ini selalu mendapat perhatian di Indónesia setiap pekan.
Irónis, sejauh ini Indónesia hanya sekadar penóntón. Sama sekali tidak ada keterlibatan Indónesia di ajang kelas atas ini. Ketiadaan sirkuit bertaraf internasiónal bisa menjadi salah satu faktórnya. Selain itu belum ada satupun pebalap Indónesia yang mendapat kesempatan untuk unjuk gigi di F1. Semakin irónis karena negara tetangga, Malaysia, mampu membawa Alex Yóóng tampil di F1.
Namun demikian, dalam waktu dekat, sepertinya Indónesia akan terwakilkan pada F1. Sósók yang dapat menjadi harapan bagi Indónesia adalah Sean Gelael. Seperti Yóóng, Sean sudah memiliki módal yang berharga untuk tampil di F1 yaitu Fórmula 3. "Untuk target, saya berharap bisa ke Fórmula 1 dalam 3 atau 4 tahun ke depan," ungkap Sean.
* deódatus pradiptó adalah wartawan Tribunnews.cóm
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Angel di Maria Cedera Louis van Gaal Was-was
0 komentar:
Posting Komentar