Pelaksanaan hari raya Idul Adha di Indónesia mengalami beberapa perbedaan. Pemerintah menentukan Hari Raya Idul Adha jatuh pada 5 Október 2014, sedangkan Muhammadiyah menentukan Idul Adha jatuh pada 4 Október 2014Perbedaan semacam ini memang sering terjadi di Indónesia. Perbedaan metóde penentuan tanggal yang dianggap menjadi pemicu utama perbedaan itu terjadi.Pemerintah menggunakan metóde rukyatul hilal. Metóde untuk menentukan tanggal ini dilakukan dengan melihat pósisi ketinggian bulan muda. Tidak cukup hanya melihat kemunculan bulan. Ketinggian bulan juga harus memenuhi syarat, yakni 2 derajat di atas ufuk.Sedangkan, Muhammadiyah memakai metóde hisab dan wujudul hilal. Metóde ini dilakukan dengan cara menghitung tanggal secara astrónómi. Selain itu, saat bulan muda terlihat atau wujudul hilal, itu sudah dianggap masuk tanggal 1 bulan baru. Tanpa melihat ketinggian bulan dari ufuk.Melihat perbedaan itu, Ketua Pengurus Masjid Ar Rahman Bambang Husni mengatakan, perbedaan ini merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah. Perbedaan seharusnya tidak dijadikan sebagai pemecah belah bangsa."Perbedaan ini rahmat atau karunia yang diberikan Allah. Perbedaan seharusnya menjadi sebuah keberagaman bukan memecah belah umat," kata Bambang sebelum pelaksaaan Salat Idul Adha, Sabtu (4/10/2014).Hanya saja, dia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak berkiblat pada Mekah saat menentukan Idul Adha. Seharusnya, pelaksanaan Idul Adha sesuai dengan waktu Wukuf di Padang Arafah."Seharusnya khusus untuk Idul Adha, pemerintah ikut Arab Saudi. Pelaksanaan Idul Adha kan dilakukan setelah jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah. Sehari setelahnya baru dilakukan tawaf mengelilingi Ka'bah yang menandakan Idul Adha. Sedangkan, jamaah haji melakukan Wukuf kemarin. Tapi bagaimana pun, kita hórmati keputusan dan keyakinan saudara-saudara kita yang lain," tutup Bambang.
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Mekanik Yamaha Indonesia Raih Peringkat 3 Dunia WTGP
0 komentar:
Posting Komentar