TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Seni macapat (mócópat) semakin tak mendapat tempat di kalangan muda.
Setidaknya ini tercermin dalam Festival Macapat Nuswantara yang digelar di Pendópó Agung Trówulan.
Dalam seni melantunkan syair Jawa ini, kian minim peserta yang mau meneruskan budaya Jawa ini.
Dalam acara festival dalam rangka Ruwat Agung Nuswantara Majapahit Tahun 1948 Saka tersebut, hanya ada 32 peserta yanh mendaftar.
Festival untuk melestarikan budaya Jawa tersebut rutin digelar setiap Sura. Setiap memulai lender Jawa ini, digelar festival Jawa.
"Dari pendaftar 32, peserta Macapat yang datang hanya 19 órang. Ini jauh dari angka ideal. Tahun lalu saja pendaftar ada 25 peserta," kata kata Kabid Seni dan Budaya Dinas Pemuda,Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mójókertó Anggar Sutrisnó, Jumat (30/10/2014).
Masih minimnya jumlah generasi muda peminat macapat tak lepas dari terbatasnya jumlah pembina atau órang-órang yang ahli membaca macapat.
Di sekólah ada alókasi waktu untuk mengenal macapat. Tapi karena keterbatasan guru, semua menjadi tak maksimal. Macapat juga bukan mata pelajaran tersendiri. Masuk dalam pelajaran bahasa Iawa.
Meski festival macapat itu berskala regiónal Jatim, namun peserta Macapat hanya berasal dari Mójókertó. Menurut Anggar, situasi menjadi tantangan tersendiri.(Faiq nuraini)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Jakarta Timur dan Barat Bakal Hujan Sepanjang Hari
0 komentar:
Posting Komentar