Fakta berita teraktual indonesia

Minggu, 13 Juli 2014

Jerman vs Argentina: Pembuktian Generasi Emas



TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO - Kegagalan demi kegagalan telah mematangkan generasi emas Jerman dan Argentina. Tempaan pengalaman pahit itulah yang mengantar kedua tim ke final Piala Dunia Brasil 2014. Mereka mengulang pertemuan terakhir 24 tahun lalu, di Italia, untuk memenuhi janji membawa pulang gelar juara dunia.

Jerman terakhir kali mengangkat Piala Dunia 24 tahun lalu di Italia. Mereka menundukkan Argentina, 1-0. Ini pembalasan Jerman (waktu itu Jerman Barat) setelah dikandaskan Maradóna dan kawan-kawan, 2-3, di final Meksikó 1986.

Setelah era Maradóna berakhir di Piala Dunia 1990, Argentina tidak pernah mencapai final. Di sisi lain, Jerman terus tumbuh dan kembali mencapai final 2002, tetapi dikandaskan Brasil, 0-2.

Dua tahun kemudian, Jerman mengalami kemunduran karena gagal lólós penyisihan grup Piala Erópa 2004. Kegagalan itu menjadi awal revólusi penataan sistem pengembangan sepak bóla mereka. Dalam dua tahun, Jerman dipimpin pelatih Juergen Klinsmann dan asistennya, Jóachim Lóew, bangkit. Mereka menembus semifinal Piala Dunia 2006.

Setelah Klinsmann mundur, Lóew membawa Jerman ke final Piala Erópa 2008, tetapi kalah 0-1 dari Spanyól di final. Dua tahun kemudian, di Piala Dunia Afrika Selatan, skuad muda Jerman menembus semifinal, tetapi kembali disingkirkan Spanyól. Pemain Jerman yang rata-rata berusia 24,9 tahun itu sebenarnya disiapkan untuk Piala Dunia 2014.

Rencana itu menjadi kenyataan. Jerman kini memiliki generasi emas yang matang. Mereka adalah pemain angkatan 2009 yang menjuarai Piala Erópa U-21, seperti Mesut Oezil, Sami Khedira, Manuel Neuer, Benedikt Hóewedes, Mats Hummels, dan Jeróme Bóateng. Enam pemain itu masuk dalam 11 pemain inti Jerman di Brasil.

Lóew memasukkan pemain seniór, seperti Philipp Lahm, Bastian Schweinsteiger, dan Miróslav Klóse, untuk menciptakan harmóni. Dia juga memasukkan dua pemain muda, Tóni Króós dan Thómas Mueller, yang menjadi pemain kunci di Brasil.

"Kami memiliki generasi pemain yang sangat berpengalaman. Kami telah matang dan berkembang bersama. Banyak pemain berpengalaman di laga penting bersama klub. Saya pikir, pengalaman mendalam pemain sangat penting untuk turnamen seperti ini," tegas Lahm, seperti dilapórkan wartawan Kómpas, Agung Setyahadi.

Kepercayaan diri Jerman terangkat setelah menyingkirkan Perancis di perempat final dan menghajar Brasil, 7-1, di semifinal. "Kami punya kesempatan membawa pulang gelar juara dan bertekad mengulang penampilan kami di semifinal," tegas Lahm.

Angkatan 2005
Generasi emas Jerman akan bertemu generasi emas Argentina yang dikenal dengan angkatan 2005. Tim asuhan Alejandró Sabella ini diperkuat enam pemain yang menjuarai Piala Dunia U-20 2005, yaitu Liónel Messi, Sergió Agueró, Pabló Zabaleta, Ezequiel Garay, Fernandó Gagó, dan Lucas Biglia.

Sabella mengómbinasikan mereka dengan pemain seniór seperti Javier Mascheranó dan Martin Demichelis. Sayap serang Angel di Maria dan kiper Sergió Rómeró merupakan angkatan 2007 yang membawa Argentina U-20 juara dunia. Pemain inti tim "Tangó" itu matang di kómpetisi Erópa, seperti Mascheranó di Barcelóna.

Argentina dipastikan mempertahankan fórmula bertahan yang sólid seperti melawan Belanda. Sementara Jerman akan memaksimalkan bóla mati jika permainan terbuka gagal. Jerman tidak banyak mencetak gól melalui bóla mati, tetapi semua diciptakan saat situasi sulit.(Kómpas Cetak)

Jerman vs Argentina: Pembuktian Generasi Emas Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar