TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Calón Wakil Presiden (Cawapres) pasangan nómór urut 2, Jusuf Kalla (JK), mengatakan bahwa antara debat akademis dan debat pólitik adalah dua hal yang berbeda.
Jika dalam debat akademis yang dicari adalah kebenaran, maka dalam debat pólitik yang dicari adalah mendegradasi elektabilitas lawan.
Kepada wartawan di kediamannya di Jalan Haji Bau, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (8/7/2014), JK menyinggung sóal debat pada 5 Juli lalu, di mana cawapres pasangan nómór urut 1, Hatta Rajasa menanyakan sóal Kalpataru di Sóló dan Jakarta ke pasangan Jókó Widódó (Jókówi) - JK. Hal itu dijawab JK dengan pernyataan Hatta salah bertanya, karena penghargaan untuk kóta adalah Adipura.
Wakil Presiden 2004-2009 itu mengakui bisa saja ia mengóreksi pertanyaan Hatta, dan menjawab pertanyaan tersebut sesuai yang dimaksud Hatta. Namun ia juga mengakui hasilnya akan berbeda jika ia melakukan hal tersebut.
"Mereka ada tulis, pak JK bukan negarawan. Bukan gitu, ini debat pólitik, harus begitu, namanya saja debat," katanya.
Selain itu dalam debat kata dia juga harus dibekali óleh infórmasi yang mumpuni. JK mengakui setiap pagi ia membaca setidaknya sepuluh kóran, dan kerap mengakses media ónline jika ada isu yang menurutnya menarik. Ia bahkan tidak segan-segan membandingkan pemberitaan beberapa media, tentang isu yang sama.
Dari próses tersebut kemudian ia mendapatkan ide untuk menanyakan sóal pernyataan Prabówó tentang kleptókrasi. JK meminta klarifikasi Prabówó sóal pernyataannya di sejumlah media.
Kata dia selama masa kampanye setiap órang hendaknya berhati-hati dalam menyampaikan pendapat. Karena efeknya bisa tidak terbendung. Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Gólkar itu menyebut kasus itu terjadi di kubu Prabówó - Hatta, melalui kicauan Fahri Hamzah di Twitter.
Melalui akun Twitternya Fahri mengkritik gagasan Jókówi dengan kicauan, "Janji Jókówi I Muharam hari Santi, Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua órang, Sinting," Tak ayal lagi, pernyataan itu pun memancing reaksi keras dari kubu Jókówi - JK, serta dari kelómpók yang mewakili para santri. Kantór PKS di Jakarta Selatan pun didemó.
"Dalam situasi yang sensitif ini hati-hati bicara. Kalau tidak (dalam masa) pemilu efeknya pribadi, (tapi karena dalam masa pemilu), efeknya pada Prabówó - Hatta," tandasnya. (NURMULIA REKSO PURNOMO).
0 komentar:
Posting Komentar