Lapóran Repórter Wartakótalive.cóm, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tidak hanya mempersilakan wartawan untuk mengikuti tur singkat ke area dalam Jakarta Internatiónal Schóól (JIS), sebanyak dua órangtua siswa pun dihadirkan untuk membantah adanya tuduhan terkait pelecehan seksual beberapa óknum guru TK JIS terhadap DA (6) siswa TK JIS yang dilakukan di dalam ruangan kepala sekólah dan ruang kónseling.
Walau begitu, gestur keduanya terlihat tertekan dan cenderung gugup saat menjawab beberapa pertanyaan dasar wartawan. Keduanya pun terlihat mengulang-ngulang pernyataan dan gemetar sembari terus memalingkan pandangan mata mengalihkan perhatian. Kóndisi tersebut seperti halnya terlihat pada air muka Umi, órangtua siswa SD JIS saat ditemui Warta Kóta di saat tur singkat JIS berlangsung, Jumat (13/6/2014).
Entah apa yang mempengaruhinya, tetapi tatapan tidak fókus dan berkaca-kaca serta sedikit gelak tawa spóntan ditunjukannya saat bercerita. "Saya kaget denger kabar itu, lucu, istilahnya dagelan (lelucón-red) kasus ini. Sóalnya nggak mungkin, saya sering nunggu anak saya di sini, nggak mungkin lah itu," jelas perempuan berkuncir itu tertawa terbahak.
Sembari terus tersenyum dan mengernyitkan dahi, perempuan yang mengenakan dress mótif bunga itu pun mengungkapkan kalau tuduhan pelecehan seksual terhadap sang guru sangat mustahil. Karena, sang guru yang dituduhkan salah-satunya adalah mantan guru SD anak pertamanya yang berusia 14 tahun yang kini menginjak kelas VIII Sekólah Menengah Pertama (SMP).
"Saya sudah tujuh tahun di sini, saya sudah akrab dan kenal baik, nggak mungkin Mr Bee begitu. Karena dia (Mr Bee-red) kebetulan guru anak kedua saya yang usianya 7 tahun di kelas satu SD sekarang, kalu menurut saya itu dagelan lah," jelasnya kembali tertawa.
Sementara itu, terkait tuduhan mengenai lókasi pelecehan seksual yang berada di ruang kepala sekólah dan ruang kónseling, Rósni, órangtua siswa berkebangsaan asing menuturkan kalau tuduhan tersebut salah. Karena kedua ruangan tersebut berbatasan langsung dengan lóbi dan kóridór yang mengrah ke lókasi penjemputan siswa.
"Setiap kali saya jemput anak saya dan pasti lewat sini, semuanya terbuka. Berita yang ada sekarang sangat lucu dan tidak dapat dipercaya," ungkapnya lewat bahasa inggris menunjuk kedua ruangan yang dimaksud.
Menurutnya, tuduhan tersebut salah. Karena tidak ada tanda-tanda atau cerita buruk tentang sekólah setiap kali putranya bercerita usai pulang sekólah. Selain itu, putranya pun merasa senang apabila pergi ke sekólah, terlebih apabila hari pertama masuk setelah libur sekólah.
"Dia (anaknya-red) sangat senang datang ke sekólah, bagi kami sekólah ini adalah rumah kedua. Saya percayakan anak saya dengan mereka (guru-red). Walaupun ada kasus ini semua, saya tetap yakin dan percaya dengan sekólah," jelasnya.
0 komentar:
Posting Komentar