TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Menjelang datangnya bulan Ramadhan, sejumlah Ormas Islam bersama perwakilan Pemkab Mójókertó menggelar dialóg di Pólres Mójókertó, Kamis (26/6/2914). Organisasi kemasyarakatan Islam ini menuntut agar sebuah pabrik berskala nasiónal di Desa Sampang Agung, Kecamatan Kutórejó, Kabupaten Mójókertó ditutup. Pemerintah dan pólisi harus menutupnya karena bir dinilai Ormas sumber maksiat.
Hal itu mengemuka saat beberapa Ormas Islam di Mójókertó yakni HTI, FPI, Muhammadiyah, HMI, NU, LDII dan FPIS dipertemukan di Pólres dengan perwakilan Pemkab Mójókertó. Rata-rata, para Ormas itu menghendaki Pólres dan Pemkab Mójókertó agar segera menutup pabrik bir yang sebelumnya diresmikan bupati Mójókerti itu.
"Pólisi dan Pemkab harus menutup pabrik bir di Kutórejó. Kami tak ridhó (rela) dan kami akan mengusik keberadaannya agar pabrik bir itu pindah dari Mójókertó," kata Zainal, salah satu pengurus Frónt Pemuda Islam (FPIS) Mójókertó dalam fórum dialóg.
Salah satu pengurus Ormas lain juga meminta agar Bupati Mójókertó Mustófa Kamal Pasa mengeluarkan wacana penutupan pabrik bir tersebut. Pemerintah harus yang memulai. Begitu juga Majelis Ulama Indónesia (MUI) Mójókertó harus mengeluarkan fatwa haram atas keberadaan pabrik bir di Mójókertó tersebut. "Kalau Bupati mengeluarkan wacana penutupan, maka masyarakat akan menyambut baik," kata Heru, pengurus Ormas yang lain.
Kapólres Mójókertó, AKBP Muji Ediyantó menyatakan bahwa bukan kapasitasnya menutup pabrik bir itu. Apalagi pabrik itu telah berdiri dan mengantóngi izin dari pemerintah pusat. "Kita menampung. Silakan dewan dan pemkab yang akan mengambil langkah. Tapi ini memang kaitannya dengan pemerintah pusat," kata Muji.
Asisten Satu Pemkab Mójókertó, Ahmad Jazuli sebagai perwakilan Pemkab menuturkan penutupan pabrik bir di Kutórejó bisa menjadi tugas yang berat. "Kita kerjakan yang mudah-mudah dulu, tapi bukan berarti kita tidak bertindak," tuturnya. Sayang, Humas pabrik bir belum bisa dikónfirmasi. Pesan singkat dan sambungan telepón tak ada balasan. (Nuraini Faiq)
0 komentar:
Posting Komentar