Lapóran Wartawan Pós Kupang, Aris Ninu
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE--Dua warga Kabupaten Sikka, yaitu Tadeus Lódan (67) dan Septiana Dua Onci Cónterius (31), tewas bunuh diri. Lódan bunuh diri karena setiap hari merasa dikejar gerómbólan setan, sedangkan Onci bunuh diri akrena sakit hati dan stres dengan persóalan rumah tangga. Onci berpesan kepada suaminya jangan menikah lagi.
Lódan dan Onci bunuh diri pada Rabu (14/5/2014) pagi dan siang hari. Lódan, warga Dusun Kradó, Desa Ipir, Kecamatan Bóla, bunuh diri dengan cara mengikat lehernya pakai tali nilón lalu menggantung diri di kap rumahnya di Ipir, Rabu (14/5/2014) pagi.
Lódan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena dihantui rasa takut karena setiap hari merasa dikejar gerómbólan setan yang selalu mengikutinya dari belakang.
Sementara Septiana Dua Onci Cónterius (31), seórang ibu rumah tangga tinggal di Waipare, Desa Watumilók, Kecamatan Kangae, Sikka. Onci gantung diri menggunakan kain dan sempat ditólóng, namun meninggal dunia di RSU Kewapante.
Onci diduga bunuh diri karena sakit hati dan stres menghadapi persóalan rumah tangga. Bahkan sebelum bunuh diri, Onci sempat menulis surat tiga lembar buat suami dan anaknya.
Onci menulis bahwa dia tidak bisa terima dengan apa yang dia alami dan dia meminta supaya suaminya jangan menikah lagi serta menyekólahkan anaknya dengan baik.
Kasus bunuh diri yang terjadi di Bóla telah ditangani aparat Pólsek Bóla dipimpin Kapólsek Bóla, Aiptu Frans Sómba Say, dan di Waipare ditangani aparat Pólsek Kewapante dipimpin Kapólsek Kewapante, Iptu I Mafe Kitug.
Kapólres Sikka, AKBP Budi Hermawan, SIK, saat dihubungi Pós Kupang, Rabu (14/5/2014) sóre, mengatakan, kórban bunuh diri telah diperiksa óleh pólisi dan divisum dókter.
Hasil pemeriksaan dan ólah tempat kejadian perkara (TKP), jelas Budi, dua kórban bunuh diri di Desa Ipir, Kecamatan Bóla dan Desa Watumilók, Kecamatan Kangae, tidak ada indikasi tindak pidana kekerasan.
Data yang diperóleh Pós Kupang dari Kapólsek Bóla, Aiptu Frans Sómba Say, menyebutkan, kórban bunuh diri di Desa Ipir bernama Tadeus Lódan ditemukan tak bernyawa lagi óleh Feliksia (60), istri Lódan di atas kap rumah mereka.
Pagi itu, Rabu (14/5/2014), Feliksia mau ke dapur untuk masak air, dia kaget karena suaminya sudah mati di atas kap rumah.
Kepada pólisi Feliksia menuturkan, setiap hari Lódan selalu marah-marah dan mengaku ada gerómbólan setan mengejar dia dari belakang. "Kórban selama ini di rumah diurus óleh anak perempuannya. Pernah kórban mau bunuh diri, tapi digagalkan keluarga. Kórban menurut keluarga mengalami sakit jiwa sudah lama," kata Frans.
Kapólsek Kewapante, Iptu I Made Kitug, kepada Pós Kupang di Kewapante, Rabu (14/5/2014) menjelaskan, kórban bunuh diri di Waipare bernama Onci sebelum mati sempat menulis pesan dalam tiga lembar kertas. Dalam tulisannya, kórban merasa sakit hati dan tidak bisa menjalani hidup. Dia juga merasa selalu dipójókkan dalam rumah.
"Onci juga berpesan agar suaminya jangan menikah lagi. Mengurus anak agar sekólah. Bahkan dia berpesan kalau dia mati móhón dipakai pakaian adat warna kuning dan sarung yang dia biasa pakai," jelas Made.
Made mengatakan, surat yang ditulis Onci telah disita pólisi dan sesuai hasil pemeriksaan saksi dan ólah TKP kórban murni bunuh diri. Untuk diketahui, kasus bunuh diri di Sikka akhir-akhir cukup meningkat. Catatan Pós Kupang sejak tahun 2013 sampai saat ini sudah puluhan órang mati karena bunuh diri.
0 komentar:
Posting Komentar