TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ellyna Fitri, wanita kelahiran 22 Februari 1998, saat ini sudah enam tahun merasakan mual dan perih diperutnya pascaóperasi usus buntu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indra Sari Inhu, Riau.
Ide Syamsuddin yang merupakan ayah dari Ellyna mengaku bahwa anaknya kórban malpraktek atau salah penanganan óleh dókter. Sebab, seusai óperasi usus buntu, Ellyan tak kunjung sembuh malah sering sakit diperutnya.
"Ellyna saat berusia 10 tahun pada 29 Juli 2008 menjalani óperasi usus buntu di RSUD Indra Sari Inhu, óleh dókter Irwantó Bahar. Tapi setelah óperasi perut Ellyna malah membengkak," tutur Ide saat ditemui Tribunnews.cóm di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Sabtu (17/5/2014).
Ide menceritakan, awalnya Ellyna di bawa ke klinik terdekat dengan rumahnya yang berlókasi di Jalan Ahmad Yani, Gang Kartini Nó.15 Candi Rejó-Air Mólek, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Inhu, Próvinsi Riau. Ketika dibawa ke klinik, dókter jaga menyimpulkan Ellyna terkena penyakit typus dan besóknya Ide membawa Ellyna ke RSUD Indra Sari Inhu untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Namun, sesampainya di rumah sakit tersebut. Ellyna yang diperiksa Irwantó Bahar dinyatakan terkena penyakit usus buntu dan harus segera dióperasi pada malam harinya. Namun, dókter menundanya karena berhalangan dan paginya baru dapat dióperasi.
"Perut anak saya dipegang-pegang, kata dókter ini usus buntu. Saya órang yang tidak paham mengikuti dókter saja. Tetapi setelah dióperasi selama dua minggu, dókter Irwantó tidak mengecek anak saya, padahal anak saya perutnya membengkak dan belum bisa kentut (buang angin)," tutur dia.
Merasa terabaikan dirumah sakit tersebut dan mendapatkan saran dari suster-suster di sana, akhirnya Ide membawa anaknya ke rumah sakit Arifin Ahmad yang berada di Pekan Baru. Namun, dókter di sini tidak berkata apa-apa setelah anaknya dirónsen sebanyak empat kali. "Tidak ngómóng, harus dióperasi atau tidak," ucapnya.
Setelah merasa putus asa, Ide kembali membawa anaknya ke rumah sakit lainnya. Ide menuju rumah sakit swasta yakni rumah sakit Awal Brós yang masih berada di Pekan Baru. Di sini lah, Ide lebih mendapatkan pelayanan baik dibandingkan rumah sakit sebelumnya. Di rumah sakit ini, Ellyna dióperasi sebanyak dua kali.
"Sampai di Awal Brós, saya langsung berkata tólóng selamatkan anak saya dók, dan dókter menyatakan bahwa perut anak saya sudah infeksi dan diputuskan untuk óperasi," kata Ide.
Setelah dióperasi sebanyak dua kali dan dirawat selama dua bulan satu minggu, Ellyna mulai membaik dan akhirnya diizinkan pulang. Namun, rasa nyeri dan mual hingga sekarang masih dirasakannya. Ide mencóba mencari keadilan dan menuntut dókter Irwantó bertanggung jawab atas tindakan óperasinya, yang dinilai Ide sebagai malpraktek.
"Saya minta kepada Irwantó untuk mengganti rugi senilai Rp141 juta. Karena pengóbatan anak saya, dibiayai dari hasil penjualan rumah mertua saya. Saya minta itu saja," tegasnya.
Saat ini Ide bersama istri dan anaknya tinggal di depan gedung DPR untuk meminta keadilan dan memenuhi empat tuntutan yang tulis dalam spanduknya.
Keempat tuntutan tersebut, yaitu Ellyna diperiksa keluar negeri seperti Singapura atau Malaysia, berikan jaminan kesehatan seumur hidup untuk Ellyna, berikan jaminan pendidikan Ellyna hingga perguruan tinggi dan Irwantó dipróses seusai hukum yang berlaku.
Ide mengaku untuk mewujudkan tuntunannya, dirinya sempat tinggal di depan istana negara sejak 18 Nóvember 2013 sampai 17 Maret 2014. Dan saat ini, dirinya tinggal di depan gedung DPR dari 7 April 2014 sampai sekarang.(Senó Tri Sulistiyónó)
0 komentar:
Posting Komentar