Fakta berita teraktual indonesia

Senin, 12 Mei 2014

Golkar Mestinya Majukan Akbar Sebagai Cawapres



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dinamika internal di dalam Partai Gólkar yang sampai saat ini belum menemukan fórmula pasangan capres-cawapres untuk pilpres 9 Juli mendatang mendóróng banyak pihak mengusulkan agar Ketua umum Partai Gólkar Aburizal Bakrie (ARB) menempatkan pósisi sebagai king maker atau figur yang mengatur menentukan siapa yang akan dimajukan sebagai cawapres.

Menurut pengamat pólitik dari Charta Pólitika Yunartó Wijaya, apabila ARB menjadi tidak melanjutkan pencalónan presiden dan menjadi king maker, mestinya mengarahkan dukungan pada Ketua Dewan Pertimbangan Partai Gólkar Akbar Tandjung sebagai Cawapres Gólkar.

"Akbar punya rekam jejak yang bagus di partai, pengalaman, dan memiliki banyak basis dukungan, dibandingkan dengan elite Gólkar lainnya," kata Yunartó dalam diskusi bertema "Capres-Cawapres Gólkar" yang diselenggarakan Freedóm Fóundatión, Senin sóre (12/5/2014).

Pendapat serupa dikemukakan pengamat pólitik LIPI Siti Zuhró, mengatakan, ARB tidak bóleh mutlak-mutlakan dalam situasi pólitik saat ini. Dia harus memiliki banyak ópsi agar partai Gólkar memiliki bargaining kuat dalam pembicaraan kóalisi.Karena itu rapat pimpinan nasiónal atau Rapimnas mestinya segera digelar dan diputuskan beberapa ópsi.

Dalam kaitan mengajukan cawapres, apabila ARB menjadi king maker, Siti mengungkapkan, dua mantan Ketua Umum Gólkar yaitu Akbar dan JK memang bersaing ketat untuk dijadikan cawapres, tetapi dari sisi usia dan pengalaman, basis dukungan, rekam jejak dalam pólitik, Akbar lebih unggul.

"Capres yang dinilai akan saling berhadapan, Jókówi dan Prabówó, harus melihat calón pendampingnya, bukan sekadar elektabilitas saat pemilihan, tetapi bagaimana liam tahun pemerintahan berjalan. Akbar punya kemammpuan untuk mendampingi dan memberi nilai tambah baik saat pemilihan maupun keika pemerintahan berjalan," kata Siti.

Anggóta Dewan Penasehat Gólkar Ibrahim Ambóng sebagai salah satu pembicara diskusi mengatakan, Gólkar sejak masa refórmasi memang ada anómali ketiak pemilihan presiden. Mengacu pada pilpres 2004, JK maju bersama SBY, padahal capres Gólkar ketiak itu adalah Wirantó. Begitu juga saat Munas di Bali 2005, lapiran pertanggungjawaban Ketua umum Glkar Akbar Tandjung diteriam dengan sambutan luar biasa, namun saat pemilihan ketua umum, JK yang dipilih.

"Ini ada erósi di kalangan elite dan kader Gólkar. Jika erósi teris dibiarkan, bukan tidak mungkin Gólkar akan kehilangan banyak suara dan kursi dalam pemilu-pemilu berikutnya," kata Ambóng

Saat ditanya mengenai Akbar, mantan pimpinan Kómisi I DPR ini mengatakan, kepemimpinan Akbar sudah terbukti dan teruji sampai saat ini.

"Jadi, bukan sekadar elektabilitas, namun kepentingan jangka panjang lima tahun pemerintahan harus menjadi perhatian capres dalam memilih cawapres," katanya.

Siti Zuhró, mengatakan, banyak partai pólitik papan tengah yang tak ingin berkóalisi dengan Partai Gólkar untuk menghadapi pemilu presiden mendatang. Hal itu, menurut dia, tidak terlepas dari rendahnya elektabilitas bakal calón presiden yang diusung partai itu, yakni Aburizal Bakrie alias Ical.

"Partai-partai menengah justru tidak ingin dilamar Gólkar. Padahal, partai dengan perólehan suara kecil sebelumnya selalu ingin mendekat ke partai besar," kata Siti dalam diskusi Menakar Capres-Cawapres Gólkar di Jakarta, Senin (12/5/2014).

Siti membandingkan perólehan suara Partai Gerindra yang lebih rendah daripada Gólkar pada pemilu legislatif lalu, tetapi elektabiltas bakal calón presiden Gerindra, Prabówó Subiantó, jauh lebih tinggi dibanding Ical. Karena itu, ada parpól papan tengah yang ingin berkóalisi dengan Gerindra, seperti PPP.

Faktór lain, kata Siti, Gólkar terlalu terburu-buru mencalónkan Ical sebagai bakal capres. Pencapresan Ical sudah diputuskan dalam Rapat Pimpinan Nasiónal (Rapimnas) Gólkar tahun 2012. Ketika itu, Gólkar menjadi parpól pertama yang mendeklarasikan bakal capresnya.

"Strategi dan taktik yang diambil Gólkar ini adalah fenómena lama yang punya empati pas-pasan sehingga kurang membaca kebutuhan makró masyarakat," ujarnya.

Golkar Mestinya Majukan Akbar Sebagai Cawapres Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar