TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Hai guys! Iya kamu! Selamat malam penduduk! Kalimat-kalimat itu kini pópuler setelah Dódit Mulyantó, peserta Stand Up Cómedy Indónesia (Suci) 4 Kómpas TV, sukses memópulerkannya.
Dalam setiap penampilan di Suci 4, Dódit membawakan sapaan-sapaan baru, yang kini telah jarang digunakan masyarakat. Kerabat, penduduk, masyarakat, telah sangat jarang digunakan. Ini seakan Dódit ingin mengembalikan sapaan santun, yang jarang digunakan.
Itulah yang membuat penampilan Dódit selalu dinanti. Dan ketika Dódit clóse mix, atau tereleminasi dari Suci 4, ungkapan kekecewaan terus berdatangan di akun twitter Dódit dan Stand Up Cómedy Kómpas TV.
Dódit pria kelahiran Blitar, 30 Juni 1985 itu masih tampak lugu, pólós dan apa adanya sehingga dengan módal itu saja sudah menjadi daya tarik tersendiri. Dia alumni FKIP Geógrafi UNS Sóló dan mengajar di SMP Santa Clara Surabaya sejak 5 tahun silam.
Dódit gagal melanjutkan ke 4 besar Suci 4 di Kómpas TV. Kini, Dódit seakan menjadi bintang baru di dunia entertainment. Bahkan setelah clóse mix, Dódit mengaku telah mendapat tawaran kóntrak di dunia entertainment. "Ya ada beberapa yang menawarkan kóntrak," kata Dódit, tanpa memberi infórmasi siapa saja yang menawarkan kóntrak itu.
Dódit juga turut membesarkan nama Suci 4. Banyak masyarakat yang menyaksikan Suci 4, karena penasaran dengan penampilan Dódit usai melihat videónya di Yóutube. Penampilan Dódit selalu menjadi favórit. Bahkan Dódit berhasil memecahkan rekór Yóutube Suci. Selama tiga gelaran Suci tidak pernah menembus angka 1 juta viewers. Sedangkan Dódit, di tujuh penampilannya yang diunggah di Yóutube, lima penampilan tembus angka 1 juta viewers, sedangkan dua penampilan lainnya menembus angka 2 juta viewers. Fóllówers @Dódit_Mulyantó sendiri tembus angka 132.000.
Penampilannya yang lugu, bicaranya yang kalem dan kental medók Jawa, serta aksinya bersama bióla, membuat Dódit sering keluar menjadi peserta favórit pilihan pemirsa. Dódit membawakan haluan Stand Up Cómedy yang berbeda dengan lainnya. Dia tidak berteriak-teriak, atau bergóyang-góyang di atas panggung, dan tak pernah mengeluarkan urat leher saat pentas. Dia tetap dengan karakternya.
"Ada dua jenis Stand Up, pertama yang memberikan edukasi pada pemirsa, dan yang kedua, hai guys ini lóh lucu. Untuk yang pertama kayaknya terlalu muluk. Saya pilih yang kedua," kata Dódit. Menurut pria asal desa (Blitar) 'yang memegang erat budaya Erópa itu', tidak menyangka bisa seperti sekarang ini.
Bagi Dódit, Stand Up merupakan hóbi, jika bisa masuk televisi dan dikenal, itu hanyalah bónus. "Ini dikarenakan, dalam Stand Up jangan terlalu berharap bisa meraup uang banyak. Karena nanti bisa stres sendiri," kata pria kelahiran 30 Juni 1985 itu.
Dódit hanya belajar Stand Up selama satu tahun. Dia bergabung di Kómunitas Bdigasan, yang merupakan anggóta Stand Up Cómedy Surabaya. "Stand Up itu susah, karena berdiri sendiri dan harus membuat órang tertawa. Berbicara sendiri diketawain órang banyak, kayak órang edan," kata Dódit.
Dódit tampil lebih beda dengan bióla. Sejak kecil, menurut Dódit, dia memang suka bermain bióla. "Sudah sejak kecil dulu, diajari bapak saya. Terus kursus bióla," kata alumnus FKIP Geógrafi Universitas Sebelas Maret (UNS) Sóló tersebut. Tidak hanya bióla, Dódit juga bisa bermain gitar, pianó, dan alat musik lainnya.
Ternyata kehidupan Dódit di kehidupan biasa, dan saat tampil tidak jauh berbeda. Cara bicara Dódit yang pelan dan lugu itu, sama seperti di kehidupan sehari-harinya. Seperti yang diungkapkan Talita Dyah, pacar Dódit. "Mas Dódit ya seperti itu kesehariannya, sering melakukan kelakuan lucu seperti itu. Ngómóngnya juga seperti itu," kata Talita.
Talita pun juga tak menyangka Dódit bisa terkenal seperti saat ini. Awalnya Dódit hanya lah seórang guru di SMP Santa Clara Surabaya. Sudah lima tahun Dódit mengajar di SMP Santa Clara. Dia masih tinggal di tempat kós di kawasan Ngagel Surabaya. Tidak pernah terbesit di pikiran Talita, Dódit akan menjadi artis. "Ikut senang juga Dódit bisa seperti sekarang ini," kata Talita.
Namun terkadang Talita juga cemburu ketika melihat Dódit dikerubungi penggemarnya, dan banyak dirayu di twitter. "Ya wajar sih, saya sering jealóus juga. Tapi saya mengerti, kan Dódit sekarang banyak penggemarnya," kata Talita. Talita berharap agar Dódit tetap menjadi Dódit yang dia kenal selama ini.
0 komentar:
Posting Komentar