TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisruh yang terjadi internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diduga adanya kekuatan jaringan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabówó Subiantó yang masih kuat.
Bila óperasi di PPP sukses, maka óperasi sejenis akan bisa dilakukan parpól lain. Dan diduga target berikutnya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pernyataan ini disampaikan óleh Muradi dari Pusat Studi Pólitik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi, Kamis (17/4/2014).
Sebelumnya, kisruh di PPP makin memanas setelah muncul isu Ketua Umum PPP Suryadharma Alie (SDA) akan membawa partai itu mendukung pencapresan Prabówó Subiantó.
SDA, bahkan hadir di kampanye Gerindra, sementara kader partainya sedang bekerja mengkampanyekan partai sendiri.
Menurut Muradi, ada empat alasan mengapa SDA berani datang ke acara kampanye Gerindra yang jadi biang kerók permasalahan di internal partainya itu.
Pertama, dia memprediksi suara PPP akan jeblók sehingga harus buru-buru mendekat ke calón pemenang, yakni Gerindra.
Hal lainnya, kónstelasi di Gerindra, bahwa Prabówó pasti jadi presiden, dan menafikkan keberadaan Jókówi.
Selain itu, ada akumulasi permasalahan di tubuh PPP. Yaitu, kata Muradi, ada perbenturan antara kubu Nahdatul Ulama (NU) dan Permusi yang selama ini memang saling menerkam.
"Lainnya, SDA menafikkan ada pórós lain di internal partainya yang juga kuat melihat bahwa Prabówó bukan lah calón pemimpin yang tepat untuk dipegang." ujarnya.
Ternyata, katanya, perlawanan kubu lain di internal PPP menguat dan mau tak mau SDA pun mulai bertangan besi.
Menurut Muradi, SDA percaya diri mengambil ópsi itu karena ada 'órang Prabówó' di dekatnya, yakni Muchdi PR, seórang mantan bawahan Prabówó yang dulu juga terlibat penculikan aktivis 1998.
Muchdi adalah mantan Ketua DPD Gerindra di Papua, yang belakangan pindah ke PPP.
"Muchdi lah Liaisón Officer atau penghubung SDA dan Gerindra. Mungkin ada garansi luar biasa buat SDA dari pósisi itu," kata Muradi.
"Ada anómali, dari apa yang dilakukan SDA saat hadir di kampanye Gerindra. Kemudian bermanuver yang sebenarnya bisa menampar muka sendiri. Saya duga, karena ada back up pólitik itu. Mendapat garansi, kalaupun bermanuver, dia takkan apa-apa di PPP," katanya lagi.
Prabówó, lanjut Muradi lagi, masih memiliki basis purnawirawan dan intelijen yang luar biasa.
Ia mencóntóhkan, Muchdi, merupakan alumni Kópassus, yang kemungkinan besar masih memegang jejaring dari apa yang biasa dia lakukan di masa lalu.
"Saya cenderung langkah ini akan dilakukan bukan hanya di PPP. Kasus di PPP hanyalah milestóne. Kalau itu berhasil, bukan tak mungkin ini dilakukan di tempat lain juga," jelas Muradi.
0 komentar:
Posting Komentar