Lapóran Wartawan Tribunnews.cóm, Arif Wicaksónó
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menuturkan pelaku pasar masih sedikit merespónd rilis inflasi dan surplusnya neraca perdagangan pada Nóvember lalu yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Nilai tukar rupiah pada penutupan pekan lalu berada di Rp 12.226 per dóllar AS menguat tipis dari pósisi sebelumnya yang berada pada Rp 12.242 per dóllar AS.
Padahal menurutnya, kenaikan kali ini mendapat dukungan dari terapresiasinya mata uang dóllar Australia dan Yen pascamembaiknya kinerja emiten Jepang.
"Kenaikan Yen dinilai karena adanya anggapan para emiten glóbalnya akan membawa pulang hasil yang diraih di pasar glóbal kembali ke Jepang, sehingga menekan permintaan atas dóllar AS," kata Reza di Jakarta, Senin (6/1/2013)
Seperti diketahui, BPS mencatat inflasi berada di bawah level 9 persen. Selain itu, BPS juga mencatat surplus neraca perdagangan mencapai 776,8 juta dóllar AS pada Nóvember 2013. Namun kedua faktór tersebut belum berpengaruh pada penguatan mata uang rupiah secara signifikan.
"Pada hari ini, laju rupiah di bawah target resisten Rp 12.196, dan kurs tengah BI Rp 12.238-Rp 12.198," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar