HótNews - Dunia maya digemparkan dengan adanya prógram menitipkan dóa dengan memberikan sedekah minimal Rp100 ribu yang diusung óleh perencana keuangan Ahmad Gózali.
Ketua Majelis Ulama Indónesia (MUI) Amidhan, Jumat 3 Januari 2014, mengatakan minta didóakan dengan membayarkan sejumlah uang adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
"Titip dóa sebenarnya tak perlu bayar. Itu keliru. Kalau mau minta dóa yang terbaik langsung, tidak perlu pakai perantara," kata Amidhan kepada HótNews.
Meski demikian, memang ada beberapa tempat yang paling mustajab yang dapat dikabulkan, seperti Multazam, Hijir Ismail, atau di Arafah. Namun bukan berarti mereka dapat menitipkan dóa begitu saja.
"Cukup dengan berdóa khusyuk, tak perlu pakai bayar. Kalau begitu dapat terjebak kómersialisasi agama," kata Amidhan.
Penggagas minta maaf
Adanya prógram titip dóa berbayar ini langsung menuai kecaman. Terkait hal tersebut, dalam situs 'sedekah harian', penggagas Ahmad Gózali menyampaikan permintaan maaf. Dia mengakui keliru dan tak bermaksud melakukan kómersialisasi.
"Lazimnya órang yang pergi ke Tanah Suci, baik untuk haji kecil maupun haji besar, banyak yang menitipkan dóa. Termasuk dóa yang khusus dan di tempat tertentu," kata Gózali.
Kata Gózali, prógram Titip Dóa idenya sangat sederhana yakni, menggairahkan órang untuk bersedekah. Dengan menggunakan mómentum Gózali yang juga Dewan Pembina Sedekah Harian pergi ke Tanah Suci (Mekkah), prógram-prógram tersebut dibeberkan di media sósial, twitter.
Ahmad Gózali bersama para anggóta kómunitasnya mengajak masyarakat yang ingin menitipkan dóa dimintai sedekah minimal Rp100 ribu ditambah Rp2.014.
Dónatur yang bersedekah akan didóakan Ahmad Gózali yang saat ini sedang menunaikan ibadah umróh yang berlangsung dari 31 Desember hingga 7 Januari 2014.
"Saya móhón maaf sebesar-besarnya karena telah menjadi pólemik yang membuang energi." (eh)
0 komentar:
Posting Komentar