Pakar Hórtikultura dari Kawasan Teritóri Utara menciptakan pupuk karbón untuk póhón buah-buahan dan sayuran yang terbuat dari minyak bekas menggóreng ikan dan keripik kentang alias minyak jelantah.
Chris Nathaniel, pakar hórtikultura dari Trópiculture Australia menghabiskan waktu 10 tahun untuk menciptakan pupuk karbón berbahan dasar minyak jelantah tersebut.
Ide pupuk itu terinspirasi óleh bagusnya hasil panen dan beratnya buah mangga dari sebuah póhón yang tumbuh di samping póm bensin di Darwin.
Chris Nathaniel mengatakan póhón itu tampaknya senang dengan bau karbón dari bensin, ia kemudian mencóba menciptakan replika dari zat penyubur karbón itu dari minyak sayur bekas pakai.
"Awalnya saya mengira póhón mangga itu subur karena menghirup uap bensin, saya kemudian memulai percóbaan dengan menyiramkan sedikit bensin di sekeliling póhón mangga yang diujicóbakan untuk mengetahui apa hasilnya, " Nathaniel berkisah.
"Kemudian saya menyadari apa yang terjadi, ternyata karbón lah yang membuat póhón mangga itu subur berbuah lebat dan besar," katanya.
Nathaniel mengatakan ia menghabiskan AUD$60,000 atau sekitar Rp 600 juta untuk melakukan sekitar 160 kali pupuk percóbaan guna mencari campuran kómpósisi nutrisi yang tepat.
Menurutnya tanaman dan póhón merespón baik minyak yang disemprótkan ke bagian daun mereka.
"Tapi anda hanya perlu menyemprótkanya sedikit saja cuma 15 mililiter per liter air.
"Selain itu, jangan menyemprótkan pupuk karbón ini terlalu sering, karena bisa-bisa minyak akan menutupi seluruh stómata atau póri póri pernafasan yang ada di daun,"katanya.
0 komentar:
Posting Komentar