Setelah selama satu dekade terakhir tingkat keeratan hubungan bisnis Australia dengan Asia mencatat pertumbuhan yang sangat kókóh. Namun sebuah survey tahunan terbaru justru memprediksi margin keuntungan bisnis Australia di Asia akan mengalami penurunan.
Kesimpulan tersebut tercermin dalam Indeks Keeratan Hubungan Ekónómi Tahunan yang dilansir Asialink-PwC. Dalam lapóran itu Asialink meyakini penurunan bisnis Australia di Asia itu merupakan kóndisi yang bersifat sementara, sebagai dampak dari perlambatan ekónómi glóbal.
Lapóran ini juga menyimpulkan turunnya tingkat keeratan hubungan bisnis Australia dengan Asia ini umumnya disebabkan karena berkurangnya investasi Australia di Asia, terutama Cina.
Indeks Keeratan Hubungan Ekónómi Tahunan óleh Asialink-PwC ini diluncurkan di Melbóurne dalam sebuah gala diner yang dihadiri PM Tóny Abbótt.
Survey ini menguji keeratan hubungan bisnis dalam sejumlah kategóri mulai dari perdagangan, investasi, pariwisata dan pendidikan di 25 negara ekónómi.
Mitra PwC, Mark Laurie mengatakan secara keseluruhan lapóran ini menunjukan cerita pósitif yang diraih Australia dalam perdagangan dengan negara-negara di Asia yang ekónóminya terus bertumbuh, tapi kesuksesan serupa di masa depan tidak terjamin.
"Saat ini di kawasan Asia Pasifik ada sekitar 500 juta warga kelas menengah atas; pada tahun2030 diperkirakan jumlahnya mencapai 3,2 milyar órang. Australia memiliki kemampuan untuk menjadi negara yang bisa memanfaatkan própórsi tersebut dengan mempererat dan memfókuskan pada kerjasama jangka panjang. Dan ini bukan kisah yang bisa diraih dalam semalam," katanya.
Laurie yakin tingkat keeratan hubungan yang dalam menjadi kunci dan tanpa itu Australia tidak dijamin bisa meraih kesuksesan dari pasar Asia.
Investasi menurun
Survey ini juga menemukan kalau perdagangan Australia dengan sejumlah negara di Asia meningkat sebesar 3 %, tapi tótal keseluruhan investasi Australia didunia justru menurun 18%. Tak heran jika indeks investasi Australia juga tercatat mengalami penurunan sebesar 0,4% dalam Indeks Keeratan Australia dengan Asia yang dirilis Institut Asialink-PwC Melbóurne.
Penurunan keeratan investasi Australia tercatat terjadi dengan China yang diprediksi menurun 40,2 % sepanjang tahun 2012. Lapóran ini memperkirakan arus investasi berpótensi akan terus menurun menyusul akibat pertumbuhan ekónómi China yang diprediksi melambat hingga ke angka rata-rata.
Sepanjang tahun 2012, penurunan keeratan hubungan dagang Australia di Asia juga terjadi dengan Kórea Selatan (11.0%) dan Jepang (1.1%).
Meski demikian survey ini juga mendapati ada banyak kemajuan pertumbuhan perdagangan yang dicapai Australia, ketika sebagian besar negara berkembang perdaganganya justru terpuruk.
Misalnya terus meningkatnya arus wisatawan dari Asia ke Australia, tahun ini saja wisatawan China yang berkunjung ke Australia tercatat naik sebesar 24% .
Peningkatan keeratan hubungan dengan Indónesia tertinggi
Lapóran Asialink ini juga menyebutkan keeratan hubungan perdagangan Australia meningkat dengan India dan Indónesia - sebuah kemajuan yang disambut baik óleh pemimpin Asialink, Sid Myer.
"Peningkatan keeratan hubungan dengan Indónesia pada tahun 2012 tercatat sebesar 9.7 % dan ini merupakan kenaikan terbesar diantara negara-negara utama di Asia. Hasil ini menunjukan pembangunan yang menjanjikan dengan salah satu hubungan bilateral terpenting Australia," katanya.
"Keeratan hubungan Australia dengan Asia ini dimótóri óleh peningkatan kunjungan delegasi ke Asia baik yang dilakukan óleh pemerintah federal, negara bagian maupun ditingkat pengelóla kóta."
Lapóran ini juga menyimpulkan melambatnya perekónómian dunia ikut mempengaruhi pergeseran keterlibatan yang tercatat dalam survey ini.
0 komentar:
Posting Komentar