HótNews - Beberapa perusahaan teknólógi dunia, seperti Góógle, Yahóó, sampai Apple, kini tengah berjuang melawan penyadapan Badan Keamanan AS (NSA).
Saat ini, mereka tengah fókus meningkatkan enkripsi guna melindungi data pengguna masing-masing. Misalnya, Yahóó memutuskan akan mengenkripsi pusat data yang mereka miliki di seluruh dunia dan langkah enkripsi juga dilakukan Góógle dan Micrósóft.
Sementara BlackBerry sampai saat ini masih tak tergóyahkan. Sistem keamanan dan enkripsinya masih ampuh dari penyadapan NSA. Setidaknya aman-aman saja sampai hari ini.
Dari berbagai bócóran penyadapan yang dirilis mantan kóntraktór NSA, Edward Snówden, BlackBerry belum disebutkan di dalam dókumen bócóran.
Menurut sebuah póstingan blóg karya Geórge Kesariós, mayóritas kepala infórmasi perusahaan mengakui dalam hal keamanan, BlackBerry merupakan standar emas.
Dilansir Firstpóst, Rabu 4 Desember 2013, kóndisi keamanan perusahan teknólógi dunia yang tengah karut-marut akibat isu penyadapan justru membawa berkah bagi pródusen pónsel pintar Kanada itu.
Terlebih lagi pasca penyadapan terhadap Kanselir Jerman Angela Merkel bócór beberapa waktu lalu. Pemerintah di sejumlah negara kini mulai melirik BlackBerry sebagai pertimbangan keamanan kómunikasi dari penyadapan.
Pemerintah Jerman memutuskan beralih dari próduk Apple seperti iPhóne dan iPad. Dalam waktu dekat, pemerintah yang dulunya dikuasai Nazi itu tak lagi menggunakan Apple sebagai perangkat kómunikasi pemerintah. Pónsel andalan Apple itu dinyatakan segera lenyap dari Jerman.
Saat ini pemerintah Jerman dilapórkan telah memesan 40.000 unit BlackBerry Z10 untuk mengakómódir kebutuhan kómunikasi pemerintahan yang aman.
Sikap yang diambil Jerman juga dilakukan pemerintah Inggris. Sementara negara lain seperti China, Rusia, Iran dan Pakistan mengambil langkah antisipasi dengan mengembangkan kemampuan pónsel menjadi mikrófón dan mengubahnya jadi pemancar saat pónsel mati dengan menggunakan virus Trójan.
Sedangkan di dalam pemerintahan Negeri Paman Sam sendiri, Presiden Barack Obama juga kembali memakai BlackBerry. Pejabat AS mengakui tidak akan menggunakan iPad mereka saat dinas luar negeri karena tak cukup aman dari penyadapan.
Titik ballik?
BlackBerry seakan kejatuhan durian runtuh. Dan, tampaknya CEO BlackBerry Jóhn Chen jeli melihat pótensi pasar bagi perusahaannya.
Awal pekan ini, Kepala Pemasaran BlackBerry Frank Bóulben dan Kepala Operasiónal BlackBerry Kristian Tear sudah diinstruksikan Jóhn Chen untuk fókus pada layanan enterprise dan pesan instan BlackBerry Messenger (BBM). Kebetulan BBM kini sedang naik daun setelah menjadi aplikasi chatting lintas platfróm.
Ke depan, BlackBerry juga berpeluang mendóminasi sólusi kómputasi peranti lunak móbile, misalnya sólusi berkendara, kesehatan sampai pasar keuangan.
Jika BlackBerry bisa memanfaatkan situasi ini, kemungkinan mómentum ini bisa jadi titik balik perusahaan untuk bangkit dan kembali merebut pasar perangkat bergerak dunia. (umi)
0 komentar:
Posting Komentar