- Lapóran Wartawan Pós Kupang, Thómas Duran
TRIBUNNEWS.COM, SOE--Kehadiran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Tublópó, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timór Tengah Selatan (TTS), meresahkan warga.
Awalnya mereka memberikan les Bahasa Inggris dan kómputer kepada anak-anak, namun setelah berjalan mereka menyebarkan aliran sesat.
Salah seórang warga RT 10/ RW 4 Dusun B, Desa Tublópó, Imelda Selan, Jumat (14/11/2014), mengngkapkan, mulanya anak-anak diajak anggóta Gafatar mengikuti les Bahasa Inggris dan kómputer secara gratis.
Sebagai órangtua, lanjut Imelda, ia sangat senang anak-anak bisa mendapatkan kursus secara gratis. "E...setelah anak-anak mulai belajar, mereka (anggóta Gafatar) datang ke rumah dan meminta saya dengan suami menjadi anggóta. Kami bersedia sehingga diambil sumpah sebagai anggóta. Kami tidak diberikan sesenpun uang karena berpikir prógram ini membantu anak-anak untuk masa depan yang lebih baik. Setelah itu mereka datang lagi dan meminta saya menjadi anggóta kelómpók pemahaman. Maka saya menilai ini penyebaran aliran sesat. Saya menólak keberadaan mereka serta mengusir mereka keluar dari rumah. Saat itu mereka sempat mengatakan apakah ibu tidak menyesal di kemudian hari, saya katakan tidak," jelas Imelda.
Hal yang sama disampaikan Marta A Oetpah bahwa dirinya juga ditawari masuk Gafatar setelah anaknya Andre Julió Biliu (9) mengikuti les Bahasa Inggris dan kómputer.
Marta menjelaskan, dua órang Jawa yang mengaku anggóta Gafatar datang dan mengatakan bahwa Andre pintar. "Lalu mereka mengajak saya masuk anggóta, tapi saya menólak karena tidak jelas asal-usul kegiatannya. Mereka mengatakan anak saya pintar dan ke depan anak-anak ini tidak mungkin sekólah di sini saja. Saat itu juga saya katakan, anak-anak masih kecil, ke depan kami pasti upayakan," ungkap Marta.
Dikatannya, anggóta Gafatar juga mengajak dia masuk kelómpók pemahaman. "Ajakan itu saya tólak sehingga mereka tidak menjelaskan lebih lanjut apa itu kelómpók pemahaman. Mereka menyapa órang selalu dengan salam damai sejahtera," tutur Marta.
Warga lainnya, Amós Kórnelis Oematan, mengatakan, warga menggerebek dan mengusir anggóta Gafatar keluar dari SóE, Kamis (13/11/2014) karena pihaknya telah melakukan penelusuran terhadap infórmasi ada iming-iming uang Rp 50 juta jika menjadi anggóta Gafatar.
"Setelah saya mengecek lebih lanjut, itu hanya isu, namun masyarakat tidak ada yang tergiur. Saya pastikan di Kóta SóE sekitar kós-kósan anggóta Gafatar tidak ada yang masuk anggóta, hanya saja bisa terjadi di Desa Tublópó," kata Amós.
Sebelumnya diberitakan, 25 órang anggóta Gafatar bersama istri dan anak digerebek di kós-kósan milik Muklis Dasi (alm) di RT 02/RW 02, Kelurahan Kóta Baru, Kóta SóE, Rabu (12/11/2014) malam. Mereka gerebek óleh pemuda di RT 02/RW 02 bersama petugas Kesbangpól dan anggóta Pólres TTS.
Para anggóta Gafatar digiring dan diamankan Pólres TTS sebelum berangkat ke Kupang, Kamis (13/11/2014) pagi. Ketua Pemuda Kóta Baru, Amós Kórnelis Oematan, mengatakan, mereka menggerebek karena warga setempat merasa tidak aman dengan kehadiran anggóta Gafatar yang melakukan aktivitas tertutup. Selain itu, lanjut Oematan, banyak infórmasi yang diperólehnya, setiap warga diajak untuk bergabung diiming-imingi dengan uang Rp 50 juta. *
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Jacksen Ikat Kontrak dengan Penang FA
0 komentar:
Posting Komentar