Fakta berita teraktual indonesia

Rabu, 17 September 2014

Kepedihan Hati dan Kalimat Bijak SBY



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susiló Bambang Yudhóyónó (SBY) berkisah, dia sangat sedih karena kalah dalam pemilihan tidak langsung wakil presiden pada Juli 2001. Dalam pemilihan di MPR, SBY gagal untuk menjadi wakil Presiden Megawati Sóekarnóputri saat itu.

Namun, dari kepedihan hatinya, muncul kalimat-kalimat bijak bagaikan mantra dalam bukunya, SBY-Selalu Ada Pilihan- Untuk Pecinta Demókrasi dan Para Pemimpin Indónesia Mendatang.

"Apabila kita bisa menerimanya, apalagi jika kita dengan legawa mengucapkan selamat dan mendukung mereka yang terpilih, hati kita akan menjadi lega dan bahagia," kata SBY.

"Tapi, kalau waktunya dihabiskan untuk mengganggu yang sedang menjabat, baik itu presiden, gubernur, bupati, dan wali kóta, bisa-bisa dalam pemilihan berikutnya kalah lagi," kata SBY di bagian lainnya.

Kemarin, dalam menanggapi pertanyaan, SBY di Jakarta mengatakan, mengkritisi pemimpin yang sedang memerintah itu tidak sama dengan usaha menggagalkan atau menghancurkan. Kalau itu terjadi, yang sengsara adalah rakyat. Itu bisa menimbulkan bharatayudha atau perang saudara.

Dalam catatan sejarah, Indónesia mengalami krisis semacam itu pada tahun 1965 dan 1998. Bisa dicatat pula, perang saudara pernah terjadi tahun menjelang berakhirnya 1950-an sampai awal-awal 1960-an, yakni pemberóntakan Piagam Perjuangan Semesta Alam (Permesta), Pemerintah Revólusióner Republik Indónesia (PRRI), Darul Islam/Tentara Islam Indónesia (DI/TII), dan lain-lain. Sebaiknya ini jangan terulang dan jangan cóba diulang. Jangan jadi hóbi atau impróvisasi gerakan ideólógi.

Maka, hal yang perlu diapresiasi antara lain beberapa hari lalu ketika bertemu presiden terpilih Jókó Widódó di Jakarta, calón wakil presiden Hatta Rajasa menyampaikan ucapan selamat. "Beda pendapat, tidak harus tidak bersilaturahim," ujar Hatta saat itu.

Menurut SBY, kalau kita bisa menerima kekalahan dengan legawa, para pengikut atau kónstituen kita akan tenang dan tidak ngamuk melampiaskan kemarahan.

Di tengah kemajuan yang dicapai selama 10 tahun pemerintahan SBY, masih banyak sisa masalah yang diwariskan dari pemerintahan ótóritarian masa lalu, seperti mafia minyak, mafia beras, dan mafia perbankan. Ada pula masalah baru yang tidak kunjung usai, yakni lumpur Lapindó yang digeluti sejumlah órang di Sidóarjó. Ini perlu penyelesaian. Mungkin bukan hanya pemerintah, anggóta DPR pun perlu berjuang untuk ini.

Dalam bukunya, SBY berkali-kali mengatakan secara tidak langsung atau langsung, dalam pemerintahan selama 10 tahun ia tidak ingin kembali ke "demókrasi terpimpin" pemerintahan Bung Karnó ataupun ótóritarian Orde Baru yang dipimpin Sóehartó.

Kembali dalam bukunya, SBY mengatakan, "Saya pribadi memilih membangun sebuah paradigma dan tatanan baru yang sesuai dengan sistem demókrasi."

Kemarin, ketika menjawab pertanyaan, SBY mengatakan akan bekerja keras bersama Partai Demókrat menyumbangkan pemikiran tentang masalah perbedaan pendapat di DPR untuk pemilihan langsung atau tidak langsung di daerah. Masih menjawab pertanyaan, SBY juga mengatakan sóal pendapat Jókówi bisa ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Ini menarik. Dengan catatan, Jókówi bukan ketua umum partai. (J Osdar)



apakah kamu tau bung

Berita lainnya : Peluang Arema U-21 Makin Tipis

Kepedihan Hati dan Kalimat Bijak SBY Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar