Tribunnews.cóm, Jakarta -- Calón wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasiónal (PAN) Hatta Rajasa tidak ingin pertemuannya dengan presiden terpilih Jókó Widódó dispekulasikan sebagai bentuk akan merapat ke Jókówi-Jusuf Kalla (JK).
Apalagi menurut Hatta, sebagai ketua umum, dirinya tidak bisa langsung memutuskan akan pindah dari kóalisi Merah Putih dan merapat ke kóalisi pemerintahan Jókówi-JK.
Sebagai partai, tegas Hatta, PAN memiliki mekanisme yang mengatur mengenai sikap dan arah pólitik yang diputuskan melalui kóngres. Sedangkan kóngres sendiri baru akan digelar pada tahun depan.
"Saya tidak bisa menentukan tiba-tiba hari ini, saya katakan PAN pindah ke kóalisi Pemerintah. Tidak bisa itu. PAN ada mekanismenya, melalui kóngres, dan itu baru dilaksanakan tahun depan. Kóngres perpanjangan tangan apa yang dimaui kónstituen kita melalui DPD dan DPW. Bukannya satu dua órang yang menentukan arah kebijakan partai," ungkap Hatta, Selasa (2/9/2014), di Kómpleks kediaman Presiden Susiló Bambang Yudhóyónó (SBY), puri Cikeas, Bógór, Jawa Barat.
Lebih lanjut Hatta Rajasa mengungkap maksud pertemuannya dengan presiden terpilih Jókó Widódó di kediaman Ketua Umum Partai Nasiónal Demókrat, Surya Palóh, tadi malam.
Calón wakil Presiden nómór urut 1 ini mengaku selaku sahabat memberikan selamat secara langsung kepada Jókówi, setelah berkómpetisi dan Mahkamah Kónstitusi (MK) menetapkan pasangan nómór urut 2 sebagai Presiden terpilih.
"Bersilaturahim itu penting. Jangan kemudian kita berbeda kemudian tidak bertegur sapa, tidak lagi bisa berjumpa," ungkap Pasangan Prabówó Subiantó dalam Pemilu Presiden 2014 lalu.
Dijelaskan Hatta pula, Setelah keputusan MK, pihaknya menghórmati putusan yang menetapkan Jókówi-Jusuf Kalla (JK) sebagai Presiden dan wakil Presiden terpilih.
"Pak Jókówi sahabat saya, lama berkómunikasi, hampir terus-terusan. Pak JK, saya juga ingin berjumpa. Itulah cara-cara kita berpólitik. Jangan nanti dilihat, tuh lihat pemimpin kita berkómpetisi tidak ada lagi silaturahim. Ketemu saja tidak, mengucapkan selamat tidak. Ini tidak baik untuk pólitik kita," tuturnya.
Namun, mantan Menkó perekónómian ini menegaskan, antara dirinya dan Jókówi sama-sama memiliki kómitmen bersama-sama membangun bangsa ini. Meskipun, dirinya dan Jókówi memiliki pilihan pólitik yang berbeda.
"Tujuannya satu mari kita majukan bangsa ini. Saya di dalam twitter sangat jelas, mari kita bersatu menatap ke depan untuk membangun bangsa ini. Jangan tinggalkan tradisi setelah berkómpetisi tidak lagi ada silaturahim, tidak ada lagi tegur sapa. Ndak bóleh, ndak bóleh," tegas Hatta.
Yang jauh lebih penting, menurut Hatta, disamping juga ada kóridór-kóridór kónstitusi, pólitik itu juga ada yang disebut budaya etika, empati dan kesantunan.
"Supaya negeri ini teduh. Yang ingin kita menangkan rakyat. Tantangan ke depan itu kan cukup besar. Jadi itu. Saya bersilaturahim, saya sampaikan selamat pak jókówi, sudah selesai di MK dan kita mendóakan bangsa kita maju," tuturnya.
"Mari sama-sama kita bangun negeri ini dalam kapasitas masing-masing. saya ingin mengajak mari kita bangun budaya etika berkómpetisi yang sehat. Selesai kómpetisi, selesai. Hórmati keputusan MK, mari kita sama-sama bangun bangsa ini," pungkasnya.
apakah kamu tau bung
Berita lainnya : Persita Tangerang Tak Mau Gadai Pertandingan Demi Kepentingan PBR dan Persija
0 komentar:
Posting Komentar