Oleh: Dódy Susantó
Direktur Klinik Pancasila
Tafsir luas ideólógi kerakyatan adalah melindungi masyarakat yang belum beruntung dengan "Pólitik Ilmu" atau Pemberdayaan Orang Lewat Ide Trampil Implementatif Kónkrit dengan Insentif Langsung Manusiawi Utuh.
Masyarakat belum beruntung dalam perspektif Pancasila dapat dipahami dengan slógan kebersamaan "Góng Si Pakas" atau Gótóng Róyóng Sila Padi Kapas.
Yang memberi peluang kónstitusiónal state (negara) "ikut campur" memberdayakan, mengkanalisasi pótensi, memfasilitasi eksistensi pelaku usaha di dalam negeri dan kancah glóbal termasuk di dalam nya keberpihakan kepada pekerja karyawan buruh atau "Pewanruh" tanpa menegasi ekspansi usaha "Pengusta" atau Pengusaha Swasta .
Semangat keadilan sósial inilah jiwa kerakyatan yang di perjuangkan semua anak bangsa, dan sebagai mómentum, ajang Pilpres 2014 menemukan pijakan sari buah atau satu hari buat sejarah berupa:
1. Penghapusan rezim "Buruh" atau Beri Upah Rendah Untuk Hidup dengan "Gaji" atau Ganjaran Adil Jasa Individu.
2. Upah Minimum Regiónal menuju "Gaji" Harapan Hidup, sehingga "Upah" yang berarti Uang Pókók Asal Hidup, bergeser dari terminólógi pólitis menjadi etis "Kinimapan" atau Kekinian dan Masa Depan
3. Kebijakan Próteksi Pekerja Karyawan Buruh (Pewanruh) dalam satu tarikan napas.
4. Masifikasi Distribusi ilmu dan ketrampilan kesemua lapisan "Pewanruh"
5. Rancangan Peta Jalan Gugus FIKIR PEDAS atau Fókus Inóvasi Kreasi Integrasi Rasiónal membangun Próduktifitas Etóskerja Dayasaing menjadi Gerakan Nasiónal .
apakah kamu tau bung
Berita lainnya : Intip Orang Mandi, Diteriaki Maling, Ditangkap Warga
0 komentar:
Posting Komentar