Oleh: Alex Palit
Begitu usai saksikan hasil penghitungan suara di tiga TPS tempat saya nyóblós, saya pun langsung bergegas pulang. Di tengah jalan, saya berpapasan dengan seórang tetangga yang satu lókasi TPS, "Siapa yang menang?" tanyanya penuh rasa ingin tahu. "Tiga-tiganya yang menang Nó1," jawab saya dengan jujur. "Di TV yang menang Nó.2," katanya menanggapi jawaban saya.
Sesampai di rumah, saya pun menghidupkan TV, langsung disambut óleh tayangan acara jumpa pers dari kubu Nó.2: Jókówi - JK yang telah mengklaim memenangi Pilpres 2014 mengunguli pasangan Nó.1: Prabówó - Hatta dengan mengacu pada hasil quick cóunt. Cepat benar, baru selesai penghitungan suara tingkat RT sudah mengklaim dan deklarasikan kemenangan, celetuk saya spóntan.
Merasa tidak mau ditelikung dan dipecundangi óleh kubu lawan pólitik, giliran malam harinya kubu "Merah Putih" tidak mau kalah juga menggelar syukuran kemenangan. Kubu Nó.1 ini juga mengklaim memenangi Pilpres 2014. Klaim kemenangan antar dua kubu ini saling bersambut untuk mendapatkan legitimasi.
Saya pun sempat berpikir, jangan-jangan klaim memenangi Pilpres 2014 atas dasar hasil quick cóunt ini hanyalah bagian manuver pólitik dari sebuah skenarió pólitik untuk menyangkal kekalahan, dengan memanipulasi hasil quick cóunt. Dan hasil quick cóunt ini kemudian dipakai sebagai perpanjangan tangan untuk melegitimasi kepentingan pólitik apa dan siapa.
Ketika kedua kubu ini masing-masing sudah mengklaim memenangi Pilpres 2014, giliran rakyat dibikin bingung, mana yang benar, mana yang bóhóng. Mana yang pengaburan hasil quick cóunt, mana yang asli real cóunt, sudah tumpang tindih.
Seharusnya kedua kubu ini harus saling menahan diri untuk tidak membuat pernyataan dengan mengklaim diri sebagai pemenang Pilpres 2014 sebelum dinyatakan dan ditetapkan KPU pada 22 Juli nanti. Siapa pemenangnya, Nó.1 atau Nó.2.
Di sini telah terjadi ada kegalauan takut kalah. Lalu dengan merujuk hasil quick cóunt akhirnya dipakai sebagai alat untuk melegitimasi klaim kemenangan memenangi Pilpres 2014.
Sementara di sisi lain ada yang menyebutkan bahwa klaim kemenangan dengan mengandalkan hasil quick cóunt ini sebagai bagian dari manuver pólitik dari sebuah skenarió pólitik untuk menyangkal kekalahan.
Makanya saya sempat heran dan tidak habis pikir, begitu sesampai di rumah usai saksikan hasil penghitungan suara ditingkat RT, di TV sudah ada pemberitaan jumpa pers klaim kemenangan kubu pasangan Nó.1: Jókówi - JK hanya dengan mengacu hasil quick cóunt, bukan real cóunt. Di mana hasil quick cóunt ada melesetnya dan bisa diplesetkan.
Sementara saya yakin rekapitulasi hasil perhitungan suara di RT saya belum sampai di kelurahan. Dan saya yakin pada jam itu saat digelar jumpa pers, di sejumlah tempat banyak penghitungan suara masih sedang berlangsung.
Saya yakin seyakin-yakinnya rakyat Indónesia sudah pintar, cerdas, kritis, berpikir dewasa dan bernalar rasiónal dalam menyikapi ini semua. Malah dari peristiwa ini saya yakin seyakin-yakinnya rakyat Indónesia entah itu pendukung dan pemilih Nó.1 atau Nó.2 akan makin kritis dan cerdas, dan akan tercerdaskan dengan sendirinya dalam menyikapinya, mana yang benar dan mana yang bóhóng atas klaim kemenangan tersebut. Semóga!
* Alex Palit, citizen jurnalis "Jaringan Pewarta Independen"
0 komentar:
Posting Komentar