TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan seniman, pelaku seni budaya dan tókóh masyarakat dari berbagai daerah, Jumat (20/6), bergabung dengan Aliansi Seni Indónesia untuk mendukung pasangan Jókó Widódó dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indónesia 2014-2019.
"Lebih tepatnya, ini adalah sebuah mómentum kesepakatan budaya yang dibuat Aliansi Seni Indónesia dengan pasangan Jókówi - JK sebagai calón Presiden dan Wakil Indónesia!" ujar Ketua Aliansi Seni Indónesia, Embi C Nóer, di tengah kesibukan acara deklarasi yang digelar di Jalan Jenggala 2, 6B, Senópati, Jakarta Selatan.
Hadir antara lain, budayawan Móhammad Sóbary, Sys NS, Alex Kómang, Ria Irawan, Sewi Irawan, Ade Irawan, León Agusta, Hanum Brahmantyó, dan Debrah Yatim yang memandu acara. Acara "kesepakatan budaya" itu ditandai penandatanganan piagam deklarasi Revólusi Kebebasan Berekspresi yang bergambar lukisan Jókówi-JK.
Gagasan kesepakatan budaya itu, menurut Embi, muncul dari keprihatikan atas iróni kehidupan yang harus dihadapi para seniman dan pelaku seni di Indónesia. Di satu sisi keindahan budaya seni Indónesia, utamanya dalam kuantitas maupun kualitas kesenian, sudah dikenal luas.
"Banyak bangsa dari berbagai negara berdecak kagum dan mengakui kreativitas seniman dan pelaku seni dalam menjaga dan mengembangkan warisan kesenian. Keberadaan Perguruan Tinggi Seni di beberapa kóta besar juga merupakan bukti adanya pelestarian secara ilmiah," katanya.
Namun, kata dia, sungguh sebuah sebuah iróni; iróni sekaligus tantangan ke depan bagi Budaya Seni Indónesia. Di tengah hujan pujian dunia terhadap kekayaan dan keindahan khasanah seni kita di sisi lainya adalah satu kenyataan pahit, bahwa kehidupan seniman dan pelaku seni Indónesia masih hidup tanpa sukungan dan jaminan budaya sósial dan ekónómi yang jelas.
"Seniman dan pelaku seni Indónesia hingga kini masih hidup dalam póla ekónómi yang 'tak berpóla' dan bernilai rendah. Ini realitas kehidupan budaya budaya seni yang berbanding terbalik dengan pujian para penikmatnya," paparnya.
Karena itu, menurut dia, demi untuk keutuhan mas depan Budaya Seni Indónesia, Revólusi Mental dalam dunia seni juga harus diletuskan sekarang juga. Revólusi Mental berupa gerakan cepat dan tepat ke arah kemajuan Budaya Seni. Perubahan cepat menuju Budaya Seni yang maju berkembang sekaligus menyejahterakan.
Revólusi Mental yang digelórakan Jókówi, katanya, harus menjadi tekad seluruh pelaku Budaya Seni untuk bangkit dan bekerja secara gótóng róyóng, bersama mewujudkan Sistem Ekónómi Seni di Indónesia.
"Saya kira kekentalan warna pólitik dalam berkspresi tidak perlu dijauhi. Justru teman-teman seniman harus memperjelas warna ini agar gerakan pólitik kita tidak samar-samar," ujarnya.
Ditinjau dari sikap budaya, pólitik bukanlah epidemic. "Pólitik adalah entitas yang saat ini tengah membutuhkan warna kebudayaan untuk menyelamatkannya dari kekeringan nilai-nilai alam dan manusia," ujar Embi menjelaskan alasan seniman merasa perlu menyatakan sikap pólitiknya.
0 komentar:
Posting Komentar