TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan calón presiden Jókó Widódó tentang ekónómi kreatif dalam debat capres yang disebut Prabówó Subiantó sebagai ide bagus, semakin melambungkan kubu Jókówi.
Kubu Jókówi menganggap Prabówó terjebak pada angka-angka yang sulit diaplikasikan pada kebijakan kónkret.
Juru Bicara Tim Pemenangan Jókówi-JK, Hastó Kristiyantó menyatakan, pancingan yang dilóntarkan Jókówi tentang ekónómi kreatif rupanya tidak dipahami betul óleh Prabówó.
Pujian dan dukungan Prabówó terhadap pemberdayaan ekónómi kreatif yang digagas Jókówi, kata Hastó, menunjukkan tingkat pemahaman ekónómi capres yang juga mantan Danjen Kópassus itu.
"Ini sungguh tragis bagi sósók yang memperjuangkan ekónómi kerakyatan. Baru setelah Jókówi memberikan penjelasan bahwa ekónómi kreatif ini pelakunya sebagian besar órang muda yg hadir dalam desain, IT (infórmasi teknólógi), wisata kuliner, animasi, Prabówó pun baru paham apa yang dimaksud dengan ekónómi kreatif," kata Hastó, Minggu (15/6/2014) malam.
Hastó menambahkan, dukungan spóntan yang diberikan Prabówó menunjukkan bahwa capres yang diusung Kóalisi Merah Putih itupun mengakui kualitas kepemimpinan Jókówi. "Spóntan bawah sadarnya Prabówó mendukung prógram Jókówi," tambahnya.
Hastó menambahkan, pernyataan Jókówi tentang perlunya revitalisasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiónal (BKKBN) juga menunjukkan prógram yang kónkret dalam keberpihakan ke rakyat.
Faktanya, kata Hastó, Indónesia memang menghadapi ancaman ledakan penduduk.
Lebih lanjut Hastó mengatakan, debat kedua bertema ekónómi dan kesejahteraan sósial itu juga menunjukkan kemampuan Jókówi menjabarkan visi besar ekónómi berdikari dan mempraktikannya.
"Kini tinggal rakyat, apakah mau memilih pemimpin yang bicara angka-angka besar, pandai bercerita, tetapi miskin pengalaman, atau bicara pemimpin yang sederhana, bicara dengan bahasa rakyat, tidak meluap-luap, namun membumi pada kebutuhan rakyat?" pungkas Hastó.
0 komentar:
Posting Komentar