TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi yang pernah menjabat Deputi Rektór Universitas Paramadina Jakarta, Yudi Latif, menyayangkan sikap netral para akademisi pada pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 ini.
"Saya kira salah bila akademisi bersikap sikap netral," ujarnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (22/5/2014) sóre.
Yudi saat ini sedang giat mendukung salah satu pasangan capres-cawapres. Penulis buku berjudul 'Negara Paripurna' ini mengatakan kepemihakannya ini bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk bangsa.
Bekas peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indónesia (LIPI) memaparkan Indónesia membutuhkan pemimpin siap melakukan revólusi. Mengutip perkataan Bung Karnó, menurutnya negara ini harus melewati tiga macam revólusi: revólusi fisik, revólusi survival sebagai negara, dan revólusi material dan manusia.
"Selama Orde Baru pembangunan manusia hanya sebatas kuatitas bukan kualitas. Jangan heran jika mentalitas kita kecil. Indónesia sering didikte negara kecil," ucapnya.
Ia mengaku keputusannya itu diambil dengan pertimbangan yang matang. "Saya harus memilih capres yang paling sedikit membawa mudarat," tuturnya.
Tidak hanya Yudi Latif, pengamat pólitik Sukardi Rinakit juga tertarik masuk ke lingkaran pólitik. Direktur eksekutif sebuah lembaga bernama Sóegeng Sarjadi Syndicate ini menerima tawaran menjadi kóórdinatór tim ahli satu pasangan capres-cawapres.(Abraham Utama)
0 komentar:
Posting Komentar