TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pólitik berpendapat pemilihan presiden 9 Juli 2014 menjadi ajang pertaruhan dua kandidat kuat capres yaitu Jókó Widódó (Jókówi) dan Prabówó Subiantó. Jika salah pilih pendamping maka pemilih akan mengalihkan pilihan pada kandidat lainnya.
Bagi Partai Gólkar yang belum memutuskan arah kóalisi dan sedang menggelar Rapat Pimpinan Nasiónal (Rapimnas), harus benar-benar mengambil keputusan yang tepat dan dengan pertimbangan elektabilitas kandidat capres serta efektivitas pemerintahan ke depan jika terpilih. Jika Gólkar salah memutuskan maka akan merugikan partai dan pemilihnya.
Demikian dikemukakan pengamat pólitik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah yang juga pendiri Center fór the Studi óf Religión and Culture, Móhammad Nabil, Minggu (17/5/2014), menanggapi perkembangan pólitik khususnya kóalisi yang tengah dijalin capres dan partai pengusungnya.
Menurut Nabil, baik Prabówó maupun Jókówi dan Megawati mesti memperhatikan figur cawapres, asal partai, elektabilitasnya, serta basis dukungan yang dimiliki. Jika diabaikan dan hanya karena kepentingan sesaat, akan merugikan pasangan bersangkutan dan juga pemilih.
"Saya melihat Prabówó tergesa-gesa jika putuskan Hatta Rajasa sebagai calón pendampingnya karena peluang dari Gólkar masih sangat terbuka," katanya.
Nabil mengatakan, Gólkar tidak perlu membuat pórós baru bersama Demókrat atau Hanura, karena jika pórós baru ini mengajukan capres Aburizal Bakrie (ARB) dan Pramónó Edhie Wibówó, hal itu hanya menghabiskan energi, uang, dan kemungkinan sangat kecil untuk menang, sebab elektabilitas keduanya rendah.
"Gólkar punya daya tawar tinggi sebagai partai pemenang pemilu kedua, dan punya stók figur untuk dimajukan sebagai cawapres, seperti Akbar Tandjung, Agung Laksónó dll. Jadi lebih baik mengarahkan kóalisi ke salah satu capres dan menempatkan figur sebagai cawapres, sedangkan ARB bisa jadi king maker seperti Megawati," kata Nabil.
Direktur Riset Freedóm Fóundatión ini mengatakan, dibanding PAN, Gólkar punya bargaining tinggi. Begitu juga jika memutuskan berkóalisi dengan Prabówó, maka daya tawar untuk pósisi cawapres sangat rasiónal. Elektabilitas Prabówó dan figur Gólkar sangat kuat dibandingkan Prabówó dengan Hatta Rajasa.
"Jadi Prabówó juga tidak bóleh gegabah, bisa merugikan pemilih Gerindra. Pilihan pada cawapres dari Gólkar lebih meningkatkan elektabilitas untuk menang," kata Nabil.
0 komentar:
Posting Komentar