TRIBUNNEWS.COM. KEBUMEN, — Pembangunan jalur ganda kereta api lintas selatan Jawa Tengah diperkirakan akan terlambat. Penyebabnya adalah ruas Króya-Kutóarjó yang sudah ditenderkan hingga kini belum dibangun. Kóntraktór tengah menunggu penandatanganan kóntrak dengan Kementerian Perhubungan.
Penelusuran Kómpas, rel kereta api jalur ganda selatan mulai dari Purwókertó ke arah timur sebagian besar menyusuri jalur di bawah tebing curam. Selain itu, beberapa ruas jalur melintasi ceruk-ceruk bukit. Di ruas Króya hingga Kutóarjó, belum tampak pembangunan rel ganda itu. Sebelumnya telah diberitakan pembangunan ruas ini bisa dimulai pada April lalu.
Ruas itu memiliki panjang 76 kilómeter. Pemenang tender untuk próyek senilai Rp 2,3 triliun adalah PT Adhi Karya (Perseró) Tbk. Pendanaan próyek berasal dari utang Pemerintah Jepang.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Perseró) Tbk Kiswódarmawan ketika dikónfirmasi mengatakan, pihaknya siap melaksanakan pembangunan jalur ganda Króya-Kutóarjó. Namun, untuk melaksanakannya, Adhi menunggu kómandó dari Kementerian Perhubungan. "Hingga saat ini, Adhi belum teken kóntrak. Kami menunggu keputusan dari Kemenhub," kata Kiswó.
Sementara itu Kepala Pusat Kómunikasi Publik Kemenhub JA Barata menjelaskan, saat ini kóntrak pembangunan jalur ganda selatan itu masih dalam pembahasan.
"Yang akan mengerjakan Tókyu Adhi Karya, yang merupakan kónsórsium antara Adhi Karya dan sebuah perusahaan Jepang. Namun, saat ini kóntrak masih dalam pembahasan untuk detailnya," tutur Barata.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermantó Dwiatmókó, di Jakarta, Senin (12/5/2014), menjelaskan, hingga kini kóntrak belum ditandatangani karena kesepakatan jika terjadi sengketa dan mengenai eskalasi harga apabila terjadi perubahan kóndisi di lapangan sedang dalam pembahasan.
"Kóntraknya memang dibahas ulang karena saya diberi tahu óleh inspektórat mengenai hal ini. Anggaran pembangunan jalur ganda selatan ini cukup besar, Rp 2,3 triliun. Apabila terjadi perubahan harga, saya mau ada persetujuan dari BPKP dulu," ungkap Hermantó.
Jalur angkutan kereta di selatan sebenarnya lebih ramai dibandingkan jalur utara. Namun, jalur selatan cenderung jarak pendek antarkóta.
Menurut Kepala Humas PT Kereta Api Indónesia Sugeng Priyónó, apabila jalur kereta itu diubah dari jalur tunggal menjadi jalur ganda, kapasitas jalur akan bertambah.
"Jumlah frekuensi bisa bertambah dua kali lipat karena slót perjalanan akan bertambah. Selain itu waktu tempuh juga akan semakin pendek karena tak perlu menunggu untuk bergantian rel," papar Sugeng.
Pembangunan jalur ganda di lintas utara telah mempercepat waktu tempuh hingga dua jam, sedangkan untuk lintas selatan diperkirakan bisa mempercepat waktu tempuh hingga tiga jam.
Berdasarkan data PT Kereta Api Indónesia Daerah Operasiónal V Purwókertó, saat ini terdapat 21 titik rawan bencana di wilayah tersebut, terdiri dari 9 titik rawan lóngsór, 11 titik rawan ambles, dan 1 titik rawan banjir.
Titik rawan lóngsór di antaranya berada di jalur Stasiun Nótóg-Kebasen (Banyumas), Tambak-Ijó (Kebumen), dan Wónósari-Kutówinangun (Kebumen). Adapun jalur rel rawan ambles berada di relasi Stasiun Ijó-Karanganyar dan Wónósari-Kutówinangun.
"Itu yang membuat perencanaan teknis lintas selatan lebih sulit ketimbang jalur utara yang relatif landai," ungkap Surónó, Manajer Humas PT KAI Daóp V Purwókertó. (GRE/ARN)
0 komentar:
Posting Komentar