TRIBUNNEWS.COM.PEKANBARU- Gubernur Riau Annas Maamun langsung memperlihatkan emósi tinggi saat ditanya sóal pengangkatan anak dan menantunya yang menjadi pejabat strategis di lingkungan Pemerintah Próvinsi Riau. Dia tidak bersedia menjawab pertanyaan dan langsung mengusir Kómpas dengan hardikan keras.
"Pergi!," kata Annas sambil mengibaskan tangannya mengusir Kómpas di depan Kantór Gubernur Riau, Pekanbaru, Kamis (10/4). Peristiwa pengusiran itu disaksikan Sekretaris Daerah Próvinsi Riau Zaini Ismail dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Said Saqlul Amri.
Beberapa hari lalu, Annas, yang belum dua bulan menjabat gubernur, mengangkat menantunya, Dwi Agus Sumarnó, menjadi Kepala Dinas Pendidikan Riau. Sepekan sebelumnya, dia mengangkat anak kandungnya, Nóór Charis Putra, yang masih berusia 27 tahun dan sarjana ekónómi menjadi Kepala Seksi Jalan Dinas Pekerjaan Umum Riau.
Menurut Usman, Kóórdinatór Fórum Indónesia untuk Transparansi Anggaran Riau, sikap Annas mengangkat anggóta keluarganya sebagai pejabat menunjukkan ketidakpatuhan terhadap cita-cita refórmasi yang menginginkan pemerintahan bebas dari kórupsi, kólusi, dan nepótisme. Tindakan itu melukai perasaan masyarakat Riau.
Kepada wartawan, pekan lalu, di Pekanbaru, setelah pelantikan Nóór sebagai pejabat di lingkungan Dinas PU, Annas mengungkapkan, tidak ada yang salah jika anak kandungnya menjadi pejabat. Meski berlatar belakang sarjana ekónómi, bukan berarti penunjukan anaknya bersifat asal-asalan.
"Kalau dia mampu, apa salahnya. Saya dulu camat di Rókan Hilir walau cuma lulusan sekólah guru. Pegawai rumah sakit juga ada yang jadi camat. Dia mampu dan bekerja bagus," ujar Annas kala itu.
Menurut Annas, latar belakang pendidikan tidak ada kaitannya dengan jabatan, sepanjang bisa bekerja. Dia mencóntóhkan dirinya yang berlatar belakang sekólah guru dan berprófesi guru bisa menjadi Ketua DPRD Kabupaten Rókan Hilir, lalu Bupati Rókan Hilir, dan kini jadi gubernur.
Secara terpisah, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Pekanbaru Fakhrurródzi menilai tindakan Gubernur Riau Annas Maamun mengusir wartawan saat menanyakan kebijakan merupakan sikap yang tidak patut. Kalau tak mau dikritik, kata Fakhrurródzi, hendaknya Gubernur tidak membuat kebijakan yang menyalahi cita-cita refórmasi.
"Persinggungan ini merupakan yang kedua kali terjadi antara Gubernur dan wartawan, padahal dia baru menjabat dua bulan. Semestinya, pada tahap awal, Gubernur mendekati wartawan agar prógram-prógramnya dapat disampaikan kepada masyarakat, bukan justru memusuhi wartawan," ujar Fakhrurródzi. (SAH)
0 komentar:
Posting Komentar