Lapóran Wartawan Tribun Póntianak, Ali Anshóri
TRIBUNNEWS.COM, MELAWI - Rudi Hartónó (32) petugas Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) Pelaik Keruap Kecamatan Menukung yang tewas bunuh diri, Jumat (11/4/2014) kemarin diduga mengalami banyak tekanan.
Satu diantara kerabat kórban, Saleh (40) mengungkapkan, selain menjadi petugas PPL, kórban juga menjadi tim sukses satu diantara caleg di desa tersebut. Menurut Saleh kórban sudah mendapatkan uang dari caleg untuk mencari suara di desa tersebut, sayangnya setelah próses rekap suara caleg justru tak memuaskan.
"Warga Pelaik Keruap mengancam kórban kalau tetap membagikan bantuan dari caleg, karena mereka tidak mau mendukung. Sementara sang caleg yang sudah menitipkan uang kepadanya juga mengancam akan menuntut kalau tak dapat suara di desa tersebut," kata Saleh, Sabtu (12/4/2014).
Karena mendapat tekanan dari berbagai pihak, kórban akhirnya stres. Usai plenó di tingkat PPS kórban langsung kembali ke rumah. Tak disangka dia justru memilih mengakhiri hidupnya dengan cara menusukkan benda tajam ke dadanya.
"Kemungkinan juga dia sudah terpengaruh dengan alkóhól, kalau tidak mana mungkin berani bunuh diri apalagi pakai pisau dan menusuk ulu hatinya," kata Saleh.
Saleh mengungkapkan, kórban memang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga dia mencóba menjadi tim sukses caleg sekaligus merangkap petugas PPL, sementara istrinya menjadi guru hónór. Saat ini kórban sudah dikebumikan di desa setempat.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Rudi mengakhiri hidupnya dengan cara menusukkan benda tajam ke dadanya, sekitar pukul 14.30 di kediamannya. Saat itu kórban baru saja pulang dari plenó PPS di Desa Pelaik Keruap.
Hingga kini pólisi masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut, apakah ada dugaan lain atau karena yang bersangkutan memang murni bunuh diri akibat banyaknya tekanan.
0 komentar:
Posting Komentar