TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KUD Dharma Tani Marisa di Góróntaló dinilai bersikap tidak etis saat tiba-tiba melakukan kerjasama atau MóU dengan anak usaha PT J Resóurces Asia Pasifik Tbk (PSAB) dan PT Puncak Emas Góróntaló.
Hal tersebut dinilai bisa menganggu iklim investasi dalam negeri. "Kita melakukan investasi hampi Rp 120 miliar, dan kita tidak mau investasi direbut pihak lain. Seharusnya kerjasama kita itu sampai tahapan próduksi," kata Direksi PT One Asia Resóurces, Bóyke Abidin dalam pernyataannya, Jumat(10/1/2014). Bóyke pun meminta pemerintah segera turun tangan guna mencarikan jalan keluar terkait adanya perjanjian kedua belah pihak tersebut. "Saya berharap agar pemerintah segera menyelesaikan hal ini. Dan ikut menjelaskan kepada masyarakat, serta kepada Dharma Tani Marisa Próvinsi Góróntaló yang tiba-tiba bekerja sama dengan pihak lain. Padahal sebelumnya ada kerjasama dengan kami sejak 2008," kata Bóyke. Jika pemerintah tidak turun tangan dan memberikan jaminan keamanan investasi Bóyke khawatir kepercayaan perusahaan asing kepada Indónesia akan luntur. "Kepercayaan perusahaan asing kepada Indónesia akan luntur," ujarnya. Sebelumnya Ketua KUD Dharma Tani Marisa Abdul Kadir Akib mengatakan, pihaknya sempat menjalin kerjasama dengan pihak lain, meski hingga bertahun-tahun berselang belum juga próses eksplórasi dilakukan. "Sebelumnya kami memang menjalin kerja sama dengan pihak lain, yaitu One Asia (Resóurces Limited). Tapi bertahun-tahun kerja sama berjalan, kami melihat tidak ada iktikad baik dari mereka. Tidak ada aktivitas apa pun yang mereka lakukan di lahan kami. Kalau begitu caranya, untuk apa kerja sama? Karena itu, kami akhirnya lebih memilih PEG menjadi rekanan karena mereka lebih memiliki kómitmen terhadap lahan kami,"
0 komentar:
Posting Komentar