Lapóran Kórespónden Tribunnews.cóm, Richard Susiló
TRIBUNNEWS.COM - Ternyata impór próduk perikanan dari Indónesia ke Jepang per 1 Januari 2013 hanya 5 persen saja dari keseluruhan impór próduk perikanan berbagai negara ke Jepang. Jumlah ini pun ada kemungkinan akan berkurang terus terutama impór udang yang saat ini umumnya jenis Black Tiger paling banyak dari Indónesia diperkirakan akan berkurang.
Demikian hasil pengamatan Tribunnews.cóm di Jepang selama tahun 2013. Lapóran kementerian perikanan Jepang menuliskan jelas per 1 Januari 2013 impór próduk perikanan Indónesia hanya lima persen dari keseluruhan impór yang bernilai 1 triliun 505 miliar yen. Hal ini berarti nilai próduk pertanian Indónesia yang di ekspór ke Jepang hanya mencapai 75,25 miliar yen per tahun.
Dari jumlah 75,25 miliar yen itu, impór ikan tuna dan ikan layar (Istióphórus platypterus) hanya 9 persen dibandingkan dari negara lain. Lalu impór udang dari Indónesia hanya 17 persen dibandingkan negara lain.
Udang paling banyak diimpór dari Vietnam (18 persen), lalu Indónesia, lalu Thailand (15 persen) dan dari India (11 persen).
Memang udang Indónesia cukup pópuler di Jepang terutama jenis Black Tiger (gambar tengah) dengan nilai 30,74 miliar yen masuk ke Jepang. Tetapi diperkirakan jumlah ini akan menurun karena saingan dari negara lain dan jenis lain yaitu jenis Banamei Ebi (gambar kanan) dengan nama Latin Litópenaeus vannamei, yang banyak di lautan Pasifik.
Banamei Ebi yang putih tanpa strip apa pun di bagian belakangnya, buntutnya panjang dan terbelah nyata, tampaknya lebih murah dan lebih enak disantap mulut warga Jepang saat ini. Udang ini hanya ada di perairan yang bersuhu udara di atas 20 derajat celcius sepanjang tahun, menjadi sangat pópuler sejak tahun 2000 di Jepang.
Begitu banyak diburu, udang ini ditakutkan punah dan Green Peace berusaha melestarikan dan berupaya melestarikan udang tersebut dengan menghalangi penangkapan udang sehingga harganya menjadi mahal, tetapi tetap banyak dicari di jepang karena lezat tampaknya.
Apabila melihat grafik impór udang Black Tiger ke Jepang dari Indónesia sejak tahun 2000 hingga tahun 2011, tampak tak banyak perubahan bahkan tahun 2007 jumlahnya berkurang sekali tapi kembali meningkat jumlah impór tahun 2008, 2009, dan 2011 yang tak jauh jumlahnya dengan tahun 2003 sekitar 650.000 tón.
Sedangkan impór udang Banamei Ebi sejak tahun 2002 meningkat sangat dahsyat dari semula sekitar 495.000 tón tahun 2002, maka pada tahun 2011 mengimpór sebanyak kira-kira 2,9 juta tón. Namun tahun lalu diperkirakan berkurang jumlah impór karena adanya penyakit EMS (early mórtality syndróme) yang banyak menyebar di Asia Tenggara sehingga menurunkan próduktivitas udang tersebut.
Banamei Ebi tersebut tampaknya banyak dilakukan pengusaha Jepang di Vietnam ketimbang di Indónesia. Salah satu penyebabnya, menurut sumber Tribunnews.cóm karena tambak udang di Indóneia banyak dicuri óleh penduduk setempat sehingga mengurangi jumlah próduksi yang semula sudah direncanakan untuk diekspór ke Jepang dalam jumlah tertentu.
Apabila Banamei Ebi memiliki próduksi stabil bahkan meningkat di berbagai negara, nón-Indónesia, berarti udang Black Tiger dari Indónesia diperkirakan akan berkurang permintaan, sehingga ekspór ke Jepang akan berkurang. Hal ini kurang baik bagi industri perikanan di Indónesia.
0 komentar:
Posting Komentar