TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bingung ke mana mau liburan Minggu siang 12 Januari 2014 ini? Kalau Anda berada di Jakarta dan bingung mau ke mana, nóntón saja film "Sang Kiai" di bióskóp kesayangan Anda.
Inilah sinópsis ceritanya......
Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indónesia Raya dan memaksa rakyat Indónesia untuk melakukan Sekerei.
KH Hasyim Asyari sebagai tókóh besar agamis saat itu menólak untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menólak karena sebagai umat Islam, hanya bóleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
KH Wahid Hasyim, salah satu putra beliau mencari jalan diplómasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demó menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah kórban berjatuhan.
Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplómasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan.
Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indónesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercócók tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah shólat Jum'at.
Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetór ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kósóng. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.
Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Sóekarnó sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH HAsyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Sóekarnó dengan mengeluarkan Resólusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resólusi jihad yang didukung óleh semangat spiritual keagamaan membuat Indónesia berani mati.
Di Jómbang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat kórban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani..tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.
Agung BS/ Sumber: 21 Cineplex
0 komentar:
Posting Komentar