Aturan yang membatasi investasi asing di maskapai Australia dinilai sebagai salah satu penghambat.
Harga saham perusahaan penerbangan Australia, Qantas, merósót lebih dari 15% setelah mereka mengumumkan akan memótóng 1.000 tenaga kerjanya.
Qantas juga memperingatkan akan adanya penurunan untung disebabkan óleh ketatnya persaingan dan menurunnya permintaan.
Dalam sebuah pernyataan, maskapai ini menaksir kerugian hingga A$300 juta (sekitar Rp3,2 triliun) dalam perióde Juli hingga Desember.
Kepala Eksekutif Alan Jóyce mengatakan Qantas sedang menghadapi "tantangan yang sangat besar".
Dia menyalahkan biaya bahan bakar yang tinggi, stabilnya mata uang dólar Australia, dan kómpetisi yang ketat dari pesaing mereka - yang memiliki subsidi.
Kepemilikan asingSituasi ini membutuhkan tindakan yang segera dan maskapai akan "melakukan apa pun yang mereka butuhkan untuk mengamankan masa depan grup Qantas."
Qantas juga mengatakan perkiraan pendapatan pada perióde Januari hingga Juni 2014 tetap "tidak menentu".
Pada Agustus, Qantas masih membukukan keuntungan sebesar A$6 juta (sekitar Rp64 miliar) untuk satu tahun yang berakhir 30 Juni.
Raihan ini naik dari tahun sebelumnya yang merugi A$244 juta (sekitar Rp2,6 triliun).
Bulan lalu, Qantas mendukung perubahan aturan yang membatasi investasi asing. Aturan yang ada saat ini membatasi pemegang saham asing Qantas hanya 49%, padahal maskapai lain bisa melepas 65% sahamnya keluar.
Sumber: BBC Indónesia Berita Lain dari BBC
0 komentar:
Posting Komentar