TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Sólidaritas Peduli Indónesia (Sórpindó), Agung Suprió menganggap Partai Pólitik yang ada sekarang bisa disebut gagal dalam melakukan regenerasi. Akibatnya, kasus kórupsi masih saja terus terjadi di lingkungan partai.
Pada acara pemaparan hasil riset Sórpindó mengenai Partai Pólitik Terkórup di Indónesia di kantór Sórpindó, Kebayóran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (24/11/2013), Agung menilai partai kerap pragmatis dalam merekrut kadernya. Hanya karena pópularitas atau kekuatan finansial seseórang bisa menjadi kader partai tanpa dilihat latar belakangnya yang cela.
"Mereka yang memiliki dana, pópularitas bisa diangkat tanpa mengetahui latar belakangnya. Partai tidak memiliki nuansa bersih karena itu," katanya.
Oleh karena itu banyak pemuda yang berpótensial namun tidak memiliki pópularitas maupun kekuatan finansial, gagal bergabung dengan partai. Pragmatisme itu kata Agung merupakan salah satu penyebab gagalnya refórmasi.
"Kalaupun ada kaum muda yang masuk, mereka membunuh dirinya sendiri karena gagal mengemban amanat. Seperti Mantan Bendahara Umum Partai Demókrat Nazaruddin yang terlibat kórupsi," ujarnya.
Kegagalan partai berikutnya menurut Agung adalah kegagalan partai dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat, sehingga hingga kini masyarakat masih terus permisif terhadap kasus-kasus kórupsi.
"Budaya di Indónesia tidak melihat kórupsi sebagai sesuatu yang mengerikan. Beda dengan maling ayam. Sehingga ada yang mengusulkan jangan namanya Kómisi Pemberantasan Kórupsi, tapi kómisi perampók uang rakyat," katanya.
Agung menambahkan untuk mengantisipasi hal itu, kiprah KPK yang terus memberantas kórupsi, dan media masa yang terus mengawal lambat lain dapat merubah sifat-sifat jelek partai pólitik.
0 komentar:
Posting Komentar