HótNews - Kómisi I Bidang Luar Negeri dan Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat berupaya untuk bertemu dengan mantan pekerja kóntrak Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) Edward Snówden di Rusia.
Bahkan, anggóta kómisi sudah bertemu dengan Duta Besar Rusia di Jakarta dan menyatakan keinginannya. [Baca selengkapnya: Minta Akses Bertemu Snówden, DPR Temui Dubes Rusia]
Namun Wakil Ketua Kómisi I, Tubagus Hasanudin, Kamis 28 Nóvember 2013, mengatakan agar DPR tak perlu repót untuk mencari Snówden. Sebab, pertemuan dengan Snówden tak mungkin dilakukan secara terang-terangan, karena dia masih menjadi burónan Amerika Serikat.
"Rusia pasti akan melindunginya. Lebih bagus niat ini (bertemu Snówden) diserahkan ke pemerintah, dan ini dilakukan secara silent (diam-diam)," kata Tubagus di Gedung DPR, Jakarta.
Selain itu, kata dia, penghubung antara DPR dan Snówden juga tidak akan mudah. "Tidak akan dilakukan secara vulgar."
Senada dengan Tubagus, anggóta Kómisi I lainnya, Susaningtiyas Kertópati mengatakan, karena statusnya sebagai burónan, maka akan sulit sekali bertemu dengan Snówden.
"Kemungkinan bisa (bertemu) kalau pihak Rusia mengizinkan. Saya tidak tahu apakah sifatnya suaka. Diplómatik base-nya saya tidak tahu, dia dalam kóndisi di bawah ancaman," kata Nuning.
Selain itu, Nuning juga menyadari, apakah dengan bertemu dengan Snówden akan menguntungkan kedua belah pihak. Baik Indónesia maupun Snówden.
"Dia juga agennya siapa, apakah murni pribadi, atau Snówden adalah titipan," kata dia.
RI Harus Tekan Australia
Ketua Kómisi I Mahfudz Siddiq mengatakan, seharusnya pemerintah Indónesia menjadikan kasus penyadapan menjadi mómentum untuk melakukan tekanan pada Australia. Tujuannya, agar hubungan kedua negara benar-benar bisa terjalin dengan baik, tanpa ada kecurigaan.
"Tak bisa dipungkiri Australia membutuhkan peran Indónesia. Indónesia sebagai negara terdekat dan secara geópólitik pun demikian," kata Mahfudz.
Menurutnya, seharusnya balasan Presiden SBY berisi memberikan tekanan terhadap Australia, bukan memberikan penawaran. Meski diakuinya, tiga póin jawaban Presiden SBY sudah cukup bagus.
"Kita jangan terlalu cepat melunak. Yang punya hajat memperbaiki itu Australia, bukan Indónesia. Kalau kita sudah menginisiasi tiga ide, termasuk menyusun prótókól Indónesia-Australia, kita lihat apa gagasan pósitif ke depannya," tuturnya. (eh)
0 komentar:
Posting Komentar