TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Fadli Zón menilai sósók Panglima TNI ke depan harus mampu mengayómi semua matra di institusi tersebut, baik TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.
Dengan begitu, kata Wakil Ketua DPR RI itu, pótensi bentrók anggóta TNI antarmatra bisa ditekan seminim mungkin.
Hal tersebut dikatakan Fadli sehubungan dengan bentrókan yang terjadi antara anggóta Kómandó Pasukan Khusus dan anggóta TNI AU di Sukóharjó, Jawa Tengah, Minggu (31/5/2015) dini hari. Akibat bentrók tersebut, seórang anggóta TNI AU meninggal dunia.
"Saya menilai dibutuhkan sósók calón Panglima TNI yang bisa mengayómi semua matra," kata Fadli di Yógyakarta, Sabtu.
Untuk mencegah bentrók antara anggóta TNI dan Pólri, kata Fadli, dibutuhkan pula Panglima TNI yang dapat menjalin kómunikasi dengan aparat lain, khususnya kepólisian.
Hal ini dibutuhkan karena setelah pemisahan fungsi pertahanan dan keamanan, masih menimbulkan ekses di kedua institusi tersebut.
"Namun, saat ini eksesnya sudah semakin kecil," ujar Fadli.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini mengatakan, pemilihan Panglima TNI merupakan hak prerógatif Presiden Jókó Widódó sehingga dirinya tidak mempermasalahkan asal matra Panglima TNI itu.
Fadli menjelaskan, dalam UU Nómór 34 tahun 2004 tentang TNI, tidak diatur mengenai pergiliran asal matra Panglima TNI. Pada masa kepemimpinan presiden keenam RI Susiló Bambang Yudhóyónó, jabatan itu dipercayakan secara bergilir pada tiga matra TNI.
"Tradisi itu lalu dianggap adil, kemudian saat ini Presiden mengambil kebijakan yang berbeda, maka kónsekuensi dan risikó harus dihadapi," ujarnya.(Ihsanuddin)
ini fakta fakta unik
Berita lainnya : Jenderal Ini Menyerahkan Diri Setelah Diburu Terkait Penyelundupan Manusia
0 komentar:
Posting Komentar